Dalam Sejarah Kostrad, Ini 3 Kisah Penyergapan Paling Heroik

Dalam Sejarah Kostrad, Ini 3 Kisah Penyergapan Paling Heroik
Aksi pasukan Yonif 330 Kostrad @GarudaMiliter

1. Operasi Tinombala
Operasi ini untuk memburu pemimpin Mujahiddin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah akhirnya menuai hasil. Tim Satuan Tugas (Satgas) Tinombala yang bergerak di pedalaman tanpa sengaja memergoki kelompok yang bertahun-tahun meneror warga Poso, Sulawesi Tengah. Lelaki yang lama menjadi DPO itu pun ditembak dalam penyergapan yang berlangsung selama 30 menit.

Operasi ini dimulai sejak 10 Januari 2016 lalu, menggantikan Operasi Camar Maleo yang gagal menuai hasil, padahal sudah diperpanjang empat kali. Kedua operasi itu juga melibatkan personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bergerak di bawah perintah Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tengah Brigjen Rudy Sufahriadi sebagai Kepala Satgas Tinombala.

Santoso dan seorang anak buahnya, Muchtar tewas di tangan anggota Komando Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad). Mereka adalah prajurit Batalyon Infantri 515/Para Raider, salah satu satuan TNI yang sering terjun di medan pertempuran.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal Tatang Sulaiman memastikan penembak mati dua teroris dari kelompok Santoso adalah prajurit Komando Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad). Prajurit Kostrad tersebut berasal dari Batalyon Infantri 515/Para Raider.

Usai baku tembak, tim kecil yang terdiri dari sembilan personel langsung berbagi tugas. Lima orang dikerahkan untuk mengejar tiga teroris yang diketahui langsung melarikan diri begitu baku tembak dimulai. Sedangkan empat sisanya membuat pengamanan dan menyita satu pucuk senjata semiotomatik M16.

Keberhasilan Kostrad menembak mati Santoso ini menambah deretan sukses serupa yang dilakukan para pendahulunya. Dalam beberapa upaya memadamkan pemberontakan, di antaranya Kahar Muzakar dan pembebasan sandera di Mapenduma, Papua.

Berita Lainnya

Index