EDITORIAL

Hari Kesaktian Pancasila Bukan Hanya Seremonial Belaka

Hari Kesaktian Pancasila Bukan Hanya Seremonial Belaka
Wartawan Senior, Afran Arsan SE, (Foto Iwan Ceper)

WAHANARIAU - Peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober, harus dijadikan kesempatan untuk merefleksikan tentang pemaknaan nilai-nilai dan kesaktian Pancasila itu sendiri. Hal ini penting khususnya bagi generasi muda bangsa ini.

Generasi muda tidak akan memiliki rasa percaya diri dan kebanggaan atas bangsa ini tanpa mengenali sesungguhnya sejarah kelam yang dilewati bangsa ini.

Rekam jejak perjalanan sejarah harus selalu dikobarkan pada generasi muda, agar mereka tahu bagaimana bangsa ini mempertahankan ideologinya Pancasila dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Fakta sejarah yang hinga saat ini masih diperdebatkan mengenai peristiwa G30 S PKI hendaknya tidak mengubah rasa memiliki kita terhadap pancasila yang sudah jelas-jelas berperan sebagai simbol pemersatu bangsa.

Berbagai peristiwa yang pernah terjadi semenjak proklamasi 17 agustus 1945 hingga saat ini, yang pada akhirnya tidak menggoyahkan pancasila sebagai dasar negara merupakan hal yang disebut sebagai kesaktian pancasila.

Menanamkan nilai nilai Pancasila tidak harus selalu melalui bangku pendidikan formal, melalui cara budaya merupakan cara yang efektif menanamkan nilai Pancasila seperti permainan tradisional merupakan keragaman budaya Indonesia dibawah semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Menanamkan nilai nilai Pancasila bagi generasi muda yang dimulai dari usia dini akan memperkokoh rasa nasionalisme dan kebulatan tekad untuk menolak paham komunis berdiri di bumu pertiwi.

Gerakan 30 September 1965 yang dikenal dengan singkatan G30 S PKI menjadi bukti sejarah kelam betapa kejamnya Partai Komunis Indonesia (PKI) pada saat itu melakukan kudeta.

Enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang dilakukan oleh para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol Untung.

Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah : 1. Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani, 2. Mayjen TNI R. Suprapto, 3. Mayjen TNI M.T. Haryono, 4. Mayjen TNI Siswondo Parman, 5. Brigjen TNI DI Panjaitan, 6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo.

Jenderal TNI A. H. Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari upaya pembunuhan tersebut.

Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan A. H. Nasution, Lettu Pierre Tandean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.

Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban : 1. AIP Karel Satsuit Tubun, 2. Brigjen Katamso Darmokusumo, 3. Kolonel Sugiono.

Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober 1965.

Mengingat  peristiwa tersebut sudah selayaknya kita sebagai bangsa yang hidup pada zaman kemerdekaan mempertahan Pancasila sebagai satu satunya dasar negara, mempertahankan Pancasila merupakan harga mati bagi setiap generasi bangsa Indonesia pada masa yang akan datang.

Memperingati hari Kesaktian Pancasila bukan sekedar seremonial belaka, jika ini terjadi tentulah kita sebagai bangsa malu terhadap perjuangan The Founding Father yang telah bersusah payah meletakkan dan mempertahankan dasar negara dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Untuk itu, melalui peringatan hari Kesaktian Pancasila marilah kita junjung kembali falsafah dasar negara tersebut agar bangsa ini kembali dihargai dimata dunia.

"Kerja Nyata Untuk Kemajuan Bangsa Sebagai Wujud Pengamalan Pancasila".***

#Editorial

Index

Berita Lainnya

Index