BI: Dampak Kenaikan Tarif Listrik Tidak Akan Signifikan Dorong Inflasi

BI: Dampak Kenaikan Tarif Listrik Tidak Akan Signifikan Dorong Inflasi
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo

JAKARTA (WAHANARIAU) -- Pemerintah berencana mencabut subsidi listrik kelompok 900 VA secara bertahap pada tahun 2017 ini.

Selain itu, distribusi gas elpiji ukuran 3 kilogram juga dikabarkan direncanakan tertutup pada tahun ini.

Kenaikan tersebut tentu saja akan berdampak kepada harga barang-barang maupun jasa lainnya.

Bagaimana penjelasan Bank Indonesia (BI) terkait dampak kenaikan harga-harga tersebut terhadap inflasi di tahun 2017?

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, bank sentral akan terus mengantisipasi risiko inflasi akibat meningkatnya harga-harga.

Menurut Perry, kenaikan tarif listrik dan gas elpiji tentu saja ada pengaruhnya terhadap peningkatan inflasi.

“Tetapi dampaknya atau second round effect-nya (dampak rentetan) relatif tidak signifikan, karena memang permintaan di dalam negerinya masih di bawah kapasitas produksi nasional sehingga second round effect-nya tidak akan besar,” ujar Perry di kantornya di Jakarta akhir pekan ini.

Perry menyatakan pihaknya juga akan mempererat koodinasi pemerintah. Tujuannya, agar kenaikan tersebut dapat dikompensasi dengan pengendalian harga pangan.

Perry menjelaskan, apabila harga pangan dapat dikendalikan, maka indeks harga konsumen (IHK) secara keseluruhan pun akan terkendali. BI menargetkan inflasi IHK pada tahun 2017 berada pada kisaran 3 hingga 5 persen.

"Kita harus bisa membedakan antara inflasi IHK karena ada kenaikan sesaat dari kenaikan tarif listrik dan elpiji dengan inflasi inti yang menunjukkan kekuatan permintaan dan penawaran,” ungkap Perry. (kompas)

#Bank Indonesia

Index

Berita Lainnya

Index