Kembali, Performa Sanggar Teater Tuah Abdi, ''Mimpi Buruk Di Waktu Senja''

Kembali, Performa Sanggar Teater Tuah Abdi, ''Mimpi Buruk Di Waktu Senja''
Aisyah dan Sang Ibu Saat Berperan Dalam Pementasan

TEMBILAHAN (WAHANARIAU) - Lantunan musik menggema di Gedung Puri Cendana, Jalan Lingkar, Tembilahan, Sabtu (21/1/2017) malam, mengiringi performa apik para pemeran teater dalam pementasan teater realis yang diselenggarakan Sanggar Teater Tuah Abdi untuk kesekian kalinya.

Dawai biola, tabuhan gendang bersahutan mengiringi pementasan tunggal dengan judul naskah 'Mimpi Buruk Di Waktu Senja' gubahan Saifuddin Ikhwan malam itu. Tawa beserta tangis sedih para penonton pun turut mewarnai aksi aktor dan aktris muda teater Inhil di atas panggung.

Menurut penuturan Sutradara, Ari Musapia, dalam aksi teatrikal kali ini, naskah yang diangkat berkisah tentang tekad yang kuat dari seorang anak perempuan, Aisyah, untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, namun mendapat pertentangan dari Sang Ayah yang terlebih dahulu menginginkan Aisyah untuk menikah dengan pria, anak dari Pak Lurah di tempat mereka tinggal.

"Usai menamatkan SMA, Aisyah, ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Bahkan, Ibu dari Aisyah juga demikian. Namun, Sang Ayah, berkeinginan untuk menikahkan Aisyah terlebih dahulu dengan Pria pilihannya yang merupakan anak dari Pak Lurah setempat," ujar Ari Musapia dengan kepada wahanariau.com, di Sekretariat Sanggar Teater Tuah Abdi usai pementasan.

Memasuki klimaks dari aksi panggung aktor muda berbakat dalam pementasan kali ini, sejenak, ruang yang didominasi oleh para remaja SMA yang hadir kala itu sempat hening. Pandangan terfokus ke panggung, melihat adegan pertentangan orang tua dan anak yang terjadi dalam sandiwara tersebut.

Terkesan, Sang Ayah yang diperankan oleh Muhammad Fiqri Hasan, terlalu memaksakan kehendaknya untuk menikahkan Aisyah dengan anak Pak Lurah yang tampak angkuh dengan apa yang dimilikinya. Ibu Aisyah, yang memposisikan dirinya sebagai istri, tak dapat berbuat banyak untuk membela anaknya karena menghargai Sang Suami yang merupakan Kepala Keluarga itu.

Singkat cerita, Aisyah dengan kefrustasian yang teramat sangat, karena keinginan Ayahnya yang cenderung menunjukkan keegoisannya pun nekat mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri menggunakan seutas tali di pintu depan rumahnya pada waktu senja.

Sorak-sorai dan tepuk tangan dari tak kurang 500 penonton yang hadir memadati ruangan pada malam itu pun bergemuruh, kala adegan kematian Aisyah berbalas dengan jerit tangis penyesalan dari Sang Ayah atas sikapnya, menutup pementasan Sanggar Teater Tuah Abdi. Begitu pula, dengan hentakan musik yang seirama mengantarkan penonton semakin larut dalam kesedihan yang menggetarkan jiwa.

"Pesan yang tersirat dan ingin disampaikan kepada para penonton adalah agar para orang tua tidak senantiasa memaksakan kehendak kepada anak. Kami berharap pesan yang tersebut dapat tersampaikan sebagaimana mestinya," tandas Ari Musapia dengan raut wajah penuh keseriusan. (Dex)

Berita Lainnya

Index