Mediasi Oleh DPRD Masih Buntu, Konflik Nelayan di Bengkalis Belum Temui Titik Temu

Mediasi Oleh DPRD Masih Buntu, Konflik Nelayan di Bengkalis Belum Temui Titik Temu
Fakhrul Nizam ST

BENGKALIS - Konflik berkepanjangan antara nelayan tradisional jaring rawai dengan jaring kurau (jarring batu/bottom gill net,red) di kecamatan Bantan setakat ini masih belum menemui titik temu. Kedua belah pihak masih brpegang pada alasan masing-masing, termasuk upaya mediasi yang dilakukan DPRD Bengkalis menemui jalan buntu.

Menanggapi hal tersebut, anggota DPRD Bengkalis dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Fakhrul Nizam ST mengaku kalau ia bersama anggota DPRD Bengkalis dari lintas komisi sudah mendatangi kantor Kementerian Perikanan dan Kelautan di Jakarta menyikapi konflik nelayan yang kembali muncul sejak dua tahun belakangan.

Selain mendatangi kementerian, DPRD Bengkalis juga sudah mengadakan dialog dengan kedua belah pihak nelayan yang saling bertikai. Namun pertemuan yang dilakukan masih belum membuahkan hasil maksimal, karena kedua belah pihak tetap mengacu kepada zona tangkap yang diberlakukan maupun persoalan alat tangkap yang dipergunakan di perairan.

"Langkah mediasi sudah kita lakukan dengan kedua belah pihak terkait sejumlah persoalan yang menjadi pemicu konflik di lapangan khususnya perairan. Tapi belum ada titik temu sejauh ini dan DPRD Bengkalis akan tetap berupaya memediasi pertemuan kedua belah pihak, jangan sampai konflik terluang kembali," ujarnya.

Diharapkannya, konflik panjang antar nelayan itu sendiri sudah mencapai 34 tahun dan harus segera diakhiri. Karena akan menimbulkan kerugian dan perpecahan dikalangan masyarakat nelayan itu sendiri. Apalagi dari kasus terbaru, konflik yang terjadi berujung pembakaran dua kapal nelayan desa Pambang yang justru dilakukan dua kelompok nelayan yang bersebelahan desa didalam satu kecamatan.

"Pertikaian di laut atau dimanapun harus diakhiri. Laut diciptakan Tuhan untuk semua manusia, disanalah para nelayan mengais rezeki untuk kelangsungan hidup keluarga mereka. Jadi jangan kotori lagi laut atau sungai dengan abu pembakaran aapalagi darah tumpah disana, mari kita saling menjaga anugerah Tuhan tersebut dengan mentaati aturan yang berlaku," harap Fakhrul Nizam.*** (halloriau)

Berita Lainnya

Index