Indonesia Butuh Badan Cyber Nasional

Indonesia Butuh Badan Cyber Nasional

JAKARTA - Pakar keamanan siber Pratama Persadha memandang perlu pemerintah segera membentuk Badan Cyber Nasional (BCN) menyusul serangan “Ransomware Wannacry" terhadap 99 negara, termasuk Indonesia.

"Sekali lagi ini adalah peristiwa yang seharusnya membuka mata kita semua bagaimana rentannya keamanan di wilayah siber," kata Pratama melalui surat elektroniknya kepada Antara di Semarang.

Pratama yang juga Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (CISSReC) mengatakan bahwa Indonesia bisa melihat bagaimana mitigasi negara-negara yang sudah memiliki badan siber.

Oleh sebab itu, lanjut dia, keberadaan BCN harus segera direalisasikan karena peristiwa serangan siber yang masif makin sering terjadi dewasa ini.

Pratama mengemukakan hal itu terkait dengan serangan Ransomware Wannacry yang menghebohkan dunia. Bahkan, sejak Jumat (12/5), diperkirakan 99 negara terkena dampak serangan Ransomware tersebut, termasuk Indonesia.

Serangan "ransomware" (perangkat lunak untuk memblokir akses ke sistem komputer) itu diketahui setelah beberapa rumah sakit terkemuka mengalami kendala teknis dalam sistem antreannya.

Menurut Pratama yang pernah sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Pengamanan Sinyal Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), Ransomware sebenarnya sangat banyak jenisnya dan sudah sejak lama menyerang sistem operasi, terutama sistem operasi Windows.

"Yang membuat ransomware Wannacry menjadi 'booming' adalah karena ransomware ini menyerang menggunakan 'zero day exploit' yang belum pernah diketahui sebelumnya," ucapnya.

Artinya, lanjut dia, saat pertama kali ransomware menyerang, sebenarnya Microsoft yang ter-update pun akan tetap terkena karena Microsoft sendiri belum mengetahui adanya celah keamanan tersebut sampai dengan celah itu dipublikasikan.

Dengan demikian, akan ada jeda waktu antara saat ransomware itu menyerang dan waktu saat Microsoft mengetahui "vulnerability" (kerentanan) dan melakukan "patching" (penambalan, red) terhadapnya.

Tindakan preventif yang bisa dilakukan, kata Pratama, adalah selalu melakukan update serta backup data merupakan hal yang wajib dilakukan agar terhindar dari malware (perangkat lunak berbahaya untuk merusak sistem komputer), baik ransomware, virus, maupun trojan.

"'Update' baik dari segi aplikasi, antivirus, maupun OS yang digunakan," kata pria asal Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, itu. (cnn)

Berita Lainnya

Index