Menyingkap Kabut Halim 1965

Begini Klarifikasi TNI-AU Soal Tudingan Terlibat G30S

Begini Klarifikasi TNI-AU Soal Tudingan Terlibat G30S
Perintah harian MenPangau Omar Dani, 1 Oktober 1965 (Andhika Akbaryansyah/detikcom)

JAKARTA - Begitu mendengar tentang Gerakan 30 September 1965 dari siaran berita RRI keesokan harinya pukul 07.00, Menteri Panglima Angkatan Udara Marsekal Omar Dani secara tergesa-gesa menulis perintah harian. Di kemudian hari, surat berisi empat poin itu menjadi persoalan yang mengantarnya ke bui selama hampir 30 tahun.

Dilansir detikcom, Mahkamah Militer Luar Biasa menghukum mati Omar Dani pada 25 Desember 1966 karena dianggap terlibat G30S. Eksekusi tak kunjung dilakukan karena hukuman kemudian diubah menjadi penjara seumur hidup. Omar Dani baru keluar dari penjara Cipinang pada 16 Agustus 1995.

Bagi Mayjen Soeharto, yang saat itu mengendalikan Angkatan Darat, dosa Omar dan TNI-AU tak cuma itu. Mereka juga terlibat jauh dalam Gerakan 30S dan bermain mata dengan PKI. Buktinya?

"Banyak sukarelawan dari Pemuda Rakyat (yang berafiliasi ke Partai Komunis Indonesia) yang dilatih kemiliteran di wilayah sekitar Pangkalan Udara Halim. Mereka memiliki senjata api seperti yang dimiliki AU," kata Soeharto saat menghadap Presiden Sukarno di Istana Bogor beberapa waktu setelah Gerakan 30 September terjadi.

Omar Dani yang juga turut dipanggil Presiden Sukarno menyergah paparan Soeharto. Mnurut dia, para sukarelawan yang disebut Soeharto berlatih di Lubang Buaya tak lain adalah mereka yang siap dikirim dalam rangka konfrontasi (dengan Malaysia).

Berita Lainnya

Index