Pancasila dan Waspada Komunisme, Refleksi Hari Kesaktian Pancasila

Pancasila dan Waspada Komunisme, Refleksi Hari Kesaktian Pancasila

Oleh: Bahreen Rambe, Presiden Dumai Reading Club (DRC) 

Tanggal 1 Oktober Tahun 2017 ini, Hari Kesaktian Pancasila terasa istimewa karena bertalian dengan maraknya pemutaran film G30S/PKI yang semula terpolemik boleh tidaknya ditayangkan dengan kekhawatiran dampak kebangkitan (faham) PKI.

Keistimewaan ini menjadi semakin bermakna, sebab pioner penanyangan film itu justru dari kalangan TNI, dari komando teritorial tingkat koramil hingga level korem serta berbagai satuan tempur organik lainnya, lengkap beraksesori hadiah bingkisan bagi penontonnya. Film yang mempertontonkan korban para jenderal sebagai Pahlawan Revolusi yang pengorbanannya berakhir dengan kemenangan. Kemenangan yang bersimbolkan kesaktian Pancasila.

Dalam perspektif Hari Kesaktian Pancasila, relevan kiranya me-review masa lalu, khususnya pascakemerdekaan. Tantangan Pancasila adalah pertentangan ideologis. Dalam tataran kesatuan dan persatuan bangsa, tantangan itu adalah terjadinya pergesekan yang berujung konflik antara paham nasionalis, paham agama dan paham komunis.

Penyatuan yang sebenarnya musykil, dilakukan oleh Bung Karno dibawah panji Nasakom (nasionalisme, agama dan komunisme). Namun buahnya justru terjadinya pergesekan dan konflik yang menimbulkan korban berjuta jiwa akibat konflik antaraagama (Islam) dan komunisme.

Substansi Ideologi
Bagaimanakah kondisi ideologi, baik nasionalisme maupun komunisme saat ini? Secara ilmiah digambarkan oleh Daniel Bell, guru besar sosiologi Universitas Columbia tahun 70-an lalu. Dia menulis buku the End of Ideology (matinya ideologi).

Berdasar penelitiannya bahwa ke depan, ideologi yang bersifat lokal akan mati. Ideologi lokal itu terutama yang berbau “isme”, seperti sosialisme, kapitalisme, komunisme dan yang lain. Apalagi ideologi yang lebih kecil dari itu, atau yang berwawasan kenegaraan dalam arti sempit.

Berita Lainnya

Index