Dinyatakan Layak Terbang oleh Dokter, Batik Air Malah Turunkan Ibu Asal Medan Karena Anaknya Sakit Tumor Mata

Dinyatakan Layak Terbang oleh Dokter, Batik Air Malah Turunkan Ibu Asal Medan Karena Anaknya Sakit Tumor Mata

JAKARTA - Seorang ibu asal Medan Murniati Sumila Dewi dan anaknya (PA) diturunkan maskapai Batik Air ketika sudah berada dalam pesawat, Jumat (10/8/2018). Dia dan anaknya dilarang mengikuti penerbangan karena membawa anaknya yang sedang sakit. PA menderita sakit tumor mata yang dinilai akan menganggu kenyamanan para penumpang lain. 

Pengakuan tersebut dia sampaikan dalam video yang viral di Media Sosial. Pengakuan itu disampaikan Murniati saat berada di kendaraan sambil menggendong PA.

Saat ditemui di rumah singgah di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Jumat malam, ibu ini menceritakan kronologis penuruan dari pesawat yang mereka alami. "Saya tahu anak saya sakit, anak saya bau, apa tidak bisa anak saya ini pulang ke Medan? Kami sudah ada di pesawat, tetapi kami harus diturunkan lagi," ujar Dewi seperti dikutip dari Kompas.com.

Dewi menceritakan, ia bersama sang anak dan Yuni, relawan dari tempat usaha "Pempek Funny" yang membiayai pengobatan PA, memesan penerbangan Batik Air dari Jakarta ke Sumatera Utara pada Jumat pukul 06.05.

Pada pukul 03.00 dini hari, ketiganya telah berangkat ke bandara. Tidak ada keanehan yang terjadi ketika ketiganya melakukan check in. Setelah masuk ke dalam pesawat, salah satu pramugari menanyakan kondisi PA. Yuni membantu untuk menjelaskan kondisi PA. Ada sekitar 4 pramugari yang berulang kali menanyakan kondisi PA.

Kemudian, salah seorang petugas Batik Air meminta ketiganya turun untuk menemui pihak karantina. Hal itu dilakukan untuk memeriksa apakah PA layak terbang atau tidak.

Dewi mengatakan, PA dinyatakan layak terbang setelah diperiksa dokter. Ia juga memegang surat rekomendasi dokter terkait kesehatan PA. Namun, kata Dewi, pihak maskapai tetap tidak mengizinkan ketiganya terbang.

Kepada petugas, Dewi meminta surat bahwa PA ditolak terbang. Namun, petugas menolak. Adapun surat rekomendasi dari pihak karantina juga diambil pihak maskapai. Manajemen Batik Air akhirnya memulangkan uang tiket dipotong biaya travel yang telah digunakan.

"Di situ saya enggak bisa ngomong apa-apa lagi. Kami kecewa, harusnya tinggal ngeng (berangkat). Kami pilih keberangkatan pagi karena supaya enggak terlalu bau. Waktu itu penumpangnya juga tidak terlalu banyak," ujar Dewi.

Saat itu, Dewi sempat melihat dan mendengar salah satu petugas memarahi petugas lainnya karena membiarkan PA masuk ke pesawat. "Kita lihat ada petugas kayaknya bosnya, marah-marah," ujar Dewi.

Akhirnya, Dewi bersama PA dan Yuni kembali ke rumah singgah di Jakarta Pusat. 

Sementara itu Corporate Communication Strategic of Batik Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan, pihaknya telah melakukan tindakan sesuai prosedur. Petugas terlebih dahulu menanyakan kondisi PA dan meminta ketiga penumpang untuk turun dan melapor ke customer service. PA juga telah diperiksa di karantina.

Danang mengakui Dewi telah memberikan surat kelaikan terbang dan petugas telah memeriksa surat tersebut. Namun, kata Danang, maskapai tetap tidak bisa mengizinkan PA untuk mengikuti penerbangan itu. Pihak Batik Air telah mengembalikan biaya tiket ketiga penumpang tersebut.

"Batik Air menjelaskan, berdasarkan pertimbangan faktor kenyamanan penerbangan, maka tidak bisa memberangkatkan kembali pada penerbangan berikutnya," ujar Danang.

Setelah ditolak diberangkatkan oleh Batik Air, bocah penderita tumor mata, Piki Ananda akhirnya bisa kembali ke kampung halamannya di Laut Dendang, Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (11/8/2018).

Sabtu pagi, Piki menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, menuju Bandara Kualanamu, Sumatera Utara. "Alhmadulillah Piki dan ibunya sudah sampai di rumah. Tadi terbang jam 07.50 naik Garuda," ujar relawan yang mendampingi Piki, Yuni saat dihubungi Kompas.com, Sabtu siang.

Yuni sempat khawatir Piki akan ditolak seperti saat menaiki Batik Air, Jumat kemarin. Namun, kekhawatiran itu memudar setelah petugas Garuda mengizinkan mereka masuk ke pesawat.

Adapun saat check in, Yuni berinisiatif membawa Piki ke balai kesehatan bandara meskipun saat itu dia telah memegang rekomendasi medis Piki dari dokter RSCM.

Yuni mengatakan, saat menemui dokter bandara, dokter tersebut mengatakan tidak perlu ada rekomendasi laik terbang dari dia. Ini karena rekomendasi medis telah diberikan oleh dokter RSCM.

Saat masuk ke pesawat, tidak ada pertanyaan apapun dari pramugari seperti yang pernah terjadi di Batik Air. "Mulus-mulus aja kami naik tadi enggak ada masalah. Waktu sampai rumah, Piki sama Ibunya juga udah senyum-senyum, dia senang udah pulang ke Medan," ujar Yuni. (RiauSky)

#Lion Air Group

Index

Berita Lainnya

Index