Menurut Sudirman Said, Ini Pemicu Korupsi Marak di Indonesia

Menurut Sudirman Said, Ini Pemicu Korupsi Marak di Indonesia
Politisi Gerindra Sudirman Said

JAKARTA - Politisi Gerindra Sudirman Said menilai sistem kontrol dan keseimbangan (Checks and Balance System) lemah, sehingga korupsi di Indonesia marak terjadi. Hal itu berdasarkan data statistik pada pemerintahan saat ini, dimana kasus korupsi meningkat dibandingkan pemerintahan sebelumnya.

"Kalau liat statistik maka di periode pemerintahan sekarang 4 tahun terakhir, itu jumlah yang berurusan sama KPK jauh lebih banyak daripada periode terdahulu," kata Sudirman saat ditemui wartawan di Gedung Sarinah, Jakarta, Sabtu (01/12/2018).

Sudirman mengatakan dari data kasus korupsi dari pemerintah terdahulu hingga sekarang, Ia menemukan 302 pejabat negara tersandung kasus korupsi. Ia mengatakan 302 itu termasuk pada pemerintahan Jokowi.

"Saya punya data 15 tahun, dari 600 orang itu pejabat publik kena korupsi itu 302 diantaranya terjadi di 4 tahun terakhir," ujarnya.

Sudirman mengatakan pada pemerintahan Jokowi salah satu yang menarik adalah empat dari tujuh lembaga tinggi negara tersandung kasus korupsi. Sebab, menurutnya terjadinya pelemahan dari Checks and Balance System.

"Periode ini 4 dari 7 lembaga tinggi negara kepalanya, pimpinannya itu masuk ke penjara, jadi ini tanda sedang terjadi pelemahan check and balance," tuturnya.

Selanjutnya, Sudirman mengatakan penyelesaian kasus korupsi menjadi tugas bersama, tak hanya tugas salah satu partai politik saja. Ia mengatakan baik kubu petahana dan oposisi punya kepentingan yang sama untuk memberantas korupsi.

"Agenda penyelesaian korupsi bukan hanya satu partai tapi seluruh bangsa jadi lepas dari partai apapun itu sedang di pemerintahan atau oposisi, punya kepentingan yang sama," pungkasnya. (Rimanews)

#Kasus Korupsi

Index

Berita Lainnya

Index