Studi FleishmanHillard, Industri Teknologi Hadapi Tantangan Reputasi dari Techlash

Studi FleishmanHillard, Industri Teknologi Hadapi Tantangan Reputasi dari Techlash

CHINA – 18 Juni 2019 – FleishmanHillard mengungkapkan tantangan reputasi yang dihadapi perusahaan teknologi saat ini, dalam sebuah studi yang hari ini 18 Juni 2019, telah dirilis oleh Presiden dan CEO FleishmanHillard, John Saunders. Studi tersebut diberi judul “Darlings to Damaged? Mengelola Reputasi Sektor Teknologi di Era Pengawasan Ketat”, pada studi tersebut juga menyertakan solusi potensial bagi perusahaan-perusahaan teknologi untuk menghadapi tantangan-tantangan di masa depan.

“Teknologi yang semakin maju hari demi hari telah memungkinkan inovasi yang dapat menyelamatkan jiwa, meningkatkan produktivitas, mengurangi konsumsi sumber daya alam dan lainnya, tetapi kami ingin mengambil langkah mundur dan melihat beberapa konsekuensi yang tidak diinginkan dari manfaat kemajuan teknologi itu, dan dampak selanjutnya pada reputasi sektor teknologi,” kata Saunders.

Dijelaskannya, saat ini konsumen menjadi lebih sadar akan pengumpulan data dan bagaimana berbagi informasi, sementara perusahaan teknologi berusaha mengatasi dampak yang mereka miliki melalui kolaborasi dan transparansi yang lebih besar, perusahaan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan yang kian populer, disaat yang sama pemerintah sedang mempertimbangkan cara-cara baru mengelola sektor ini melalui peraturan dan regulasi.

“Melalui penelitian kualitatif dan kuantitatif, laporan kami mengeksplorasi sentimen konsumen saat ini dan menyertakan solusi kepada perusahaan teknologi dalam lingkungan pengawasan ketat saat ini,” ucap Saunders.

Kajian tersebut sebelumnya telah dilakukan survey oleh oleh FleishmanHillard TRUE Global Intelligence™, dalam survei tersebut menunjukkan bahwa “Techlash”, telah menarik perhatian internasional dan mengangkat opini publik. Sabanyak 82% konsumen Amerika dan 79% konsumen Inggris umumnya masih mempercayai perusahaan teknologi. Namun, ada perbedaan antara kelompok umur dan negara. Misalnya Di Amerika Serikat, generasi muda lebih skeptis, dengan 26% dari Generasi Z, dan 22% dari generasi Millenial menyatakan kurangnya kepercayaan mereka pada perusahaan teknologi. Di Inggris, generasi yang lebih tua memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah, dengan 38% generasi yang tidak memberikan jawaban dan 13% dari generasi Millenial menyatakan kurangnya kepercayaan pada perusahaan teknologi.

Senebtara itu, sebanyak 70% orang Amerika dan Inggris mengatakan mereka akan memberi sudut pandang positif kepada perusahaan teknologi jika mereka mengambil lebih banyak tindakan untuk mengatasi konsekuensi dari kebijakan, inisiatif, dan produk yang mereka hasilkan. Di saat yang bersamaan, regulasi juga dapat memainkan peran penting, dengan hampir sepertiga responden berpikir bahwa perusahaan teknologi di bawah regulasi. Lebih lanjut, terungkap bahwa beberapa warga Inggris mungkin percaya perusahaan-perusahaan Amerika dapat belajar sesuatu dari peusaharaan Inggris, dimana 60% warga Inggris percaya bahwa perusahaan teknologi AS diregulasi dengan jumlah yang tepat, danhanya 32% mengatakan mereka terlalu sedikit regulasi. Lebih sedikit orang Inggris, 54% percaya bahwa perusahaan AS diregulasi dengan tepat, dan 39% percaya mereka membutuhkan lebih banyak peraturan.

Hasil dari studi ini menggabungkan penelitian asli dengan wawasan dari beberapa pemikir terkemuka dunia dalam ruang ini, termasuk CEO Asosiasi Teknologi Konsumen, CIO Kanada, seorang profesor di Universitas Harvard beserta pemikir lainnya.

Topik-topik yang dibahas pada studi tersebut termasuk, Studi terhada tingkat kepercayaan konsumen secara umum dalam teknologi dan perbedaan generasi. Tindakan yang diharapkan konsumen dari perusahaan untuk membangun kepercayaan. Peran pengaturan diri, tanggung jawab dan nilai bersama dalam mengatasi tantangan reputasi saat ini. Situasi makroekonomi dan geopolitik lebih luas, bagaimana peraturan dan perundang-undangan berperan kembali dalam membangun kepercayaan Masyarakat. Tindakan apa yang harus diambil untuk memastikan Kecerdasan Buatan (AI) bermanfaat bagi bisnis dan masyarakat. Dan Kenyamanan hiper-personalisasi yakni risiko kenyamanan dan kebutuhan perlindungan data yang dihasilkan.

Pada akhir dari laporan itu, Presiden dan CEO FleishmanHillard, John Saunders, memberikan saran kepada perusahaan-perusahaan teknologi ketika menghadapai situasi yang lebih komplek, cara terbaiknya adalah dengan bersikap transparan dan bekerja sama dengan pemerintah, regulator dan akademisi.

“Pada akhirnya, Perusahaan teknologi harus selalu melakukan hal yang benar, dan memastikan Anda beroperasi sesuai dengan standar dan budaya setempat demi kepentingan terbaik para pemangku kepentingan Anda,” tutupnya.

Studi FleishmanHillard’s tentang “Darlings to Damaged?” berdasarkan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sebelumnya FleishmanHillard TRUE Global Intelligence™ telah melakukan survei di antara sampel yang representatif secara nasional kepada 1.002 orang dewasa masing-masing di Amerika Serikat dan Inggris, berusia 18 tahun ke atas. Sampel di Amerika Serikat secara demografis seimbang untuk usia, jenis kelamin, wilayah geografis, ras, dan pendidikan. Sementara Sampel Inggris seimbang secara demografis untuk usia dan jenis kelamin. Survei dilakukan secara online pada bulan April hingga Mei 2019.

Laporan Foley International Communication Consulting berisi data kualitatif dan kuantitatif. Fleishman Hillard TRUE Global IntelligenceTM mensurvei 1.002 orang dewasa berusia 18 tahun ke atas dalam sampel yang representatif secara nasional di Amerika Serikat dan Inggris. Dalam demografi, sampel AS rata-rata dalam usia, jenis kelamin, wilayah geografis, etnis, dan pendidikan, sedangkan sampel Inggris rata-rata dalam usia dan jenis kelamin. Survei ini dilakukan secara online dari April hingga Mei 2019.

#Media OutReach

Index

Berita Lainnya

Index