Praktek Pemadaman Kebakaran

Dedi : Diklat Ditekankan Pada Pencegahan dan Penyuluhan

Dedi : Diklat Ditekankan Pada Pencegahan dan Penyuluhan
Widyaiswara, Muhammadun (baju merah) didampingi Vocal Point BP REDD propinsi Riau, Dedi Hariri saat dikonfirmasi di Taman Wisata Sungai Dumai, Jum'at (10/10/2014)

Dumai – Sebanyak 60 orang peserta Pendidikan dan Latihan Tekhnik Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat, mempraktekkan pemadaman karhutla di Taman Wisata Sungai Dumai, Jumat (10/10/2014).

Keenam puluh peserta Diklat ini merupakan perwakilan kelurahan di kota Dumai dan kabupaten Bengkalis, yang dinilai rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan.

Diklat ini diselenggarakan oleh Badan Pengelola Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (BP REDD) bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, Balai Diklat Kehutanan (BDK) Pekanbaru serta Daerah Operasi Maggala Agni kota Dumai.

Dedi Hariri, Vocal Point BP REDD+ provinsi Riau ketika dikonfirmasi Wahanariau di sela kegiatan, mengatakan kegiatan praktek pemadaman ini merupakan rangkaian kegiatan Diklat angkatan III yang berlangsung sejak Selasa (7/10/2014) yang lalu. “Kita berharap, dengan kegiatan ini masyarakat dapat mengendalikan kebakaran hutan dengan peralatan yang ada,” ujarnya.

Menurutnya, kerap terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Riau disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya, kondisi hutan dan lahan Riau yang didominasi oleh gambut, dan kurangnya pemahaman masyarakat.

Untuk itu katanya, perlu dilakukan pencegahan secara dini dengan memberikan pendidikan dan pelatihan tekhnik pemadaman karhutla berbasis masyarakat.

Ketika disinggung terkait medan (lokasi) latihan yang tidak mencerminkan kondisi di hutan dan lahan, Dedi mengakui lokasi latihan pemadaman tidak seperti apa yang terjadi di hutan sebenarnya yang memiliki medan yang ekstrim. “Untuk Diklat di medan yang terjal sudah kita lakukan pada gelombang II beberapa waktu lalu di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Minas,” terangnya.

Diklat ini sambung Dedi, bukan terfokus kepada pemadaman, akan tetapi lebih ditekankan kepada pencegahan dan penyuluhan terhadap kebakaran lahan. “Lahan di Riau sering terbakar, sewaktu-waktu jika ditemukan kebakaran, diharapkan masyarakat dapat memadamkan secara manual sebelum kebakaran menjadi lebih besar lagi,” jelasnya.

Sementara itu, Widyaiswara (PNS yang bertugas dan bertanggung jawab untuk melatih) dari Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru, Muhammadun menjelaskan bahwa praktek pemadaman kebakaran ini berbasis masyarakat. Peralatan yang digunakan seadanya, seperti peralatan tangan, gebyok, skop dan garuk. Dengan demikian, kata Muhammadun, setiap desa atau kelurahan bisa memanfaatkan alat seadanya untuk penanggulangan kebakaran.

Namun, ke depannya pemerintah setempat akan diimbau untuk dapat menyediakan peralatan pemadaman yang bersifat sederhana, termasuk mesin pompa air. “Kami menghimbau, pemerintah setempat bisa menyiapkan alat-alat serupa di masing desa atau kelurahan. Sehingga bisa melakukan pemadaman dini, lebih awal, sebenarnya ini tidak mahal dan mudah digunakan,” tuturnya.

Sebelumnya, 60 peserta Diklat ini  telah dibekali sejumlah materi sebagai bekal untuk menangulangi kebakaran hutan dan lahan secara manual. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh sekretaris daerah kota Dumai, Said Mustafa di hotel Grand Zuri, Selasa (7/10) yang lalu. (wrc)

Berita Lainnya

Index