Cerita 'Horor' Jalur Brebes, Tewaskan Puluhan Pemudik

Sabtu, 02 Juli 2016 | 13:18:44 WIB

Wahanariau - Pulang kampung menjadi momen paling ditunggu saat Lebaran tiba. Demi Lebaran di kampung halaman, pemudik rela menerima kenyataan kemacetan yang berjam-jam sepanjang perjalanannya. Namun bagaimana jika kemacetan itu harus ditempuh hingga berhari-hari di tengah perjalanan.

Pengalaman 'horor' itu dialami seorang pemudik bernama Hamidi (28). Hamidi yang hendak ke Madura, menaiki bus harus rela terjebak macet di daerah Pemalang, Jawa Tengah. Padahal, dia berangkat dari Jakarta hari Sabtu (2/7/2016) kemarin sekitar pukul 09.00 WIB.

Kemacetan parah sampai 20 Kilometer mulai terjadi di pintu keluar tol Brebes Exit. Untuk menuju Tegal saja yang jaraknya sekitar 9 Kilometer dari Brebes, butuh waktu 12 jam lamanya. Padahal jarak tempuh melewati kedua jalur itu pada hari biasa cuma enam jam.

"Sampai Brebes itu sekitar jam 5 sore, kemudian sampai Tegal saja jam 5 pagi. Saat ini posisi saya sudah sampai Pemalang. Tapi ini di Pemalang macet lagi," ujar Hamidi kepada Merdeka.com, Minggu, (3/07/2016).

Dikatakannya, sumber kemacetan yang terjadi berasal dari banyaknya mobil yang mau masuk pom bensin hingga akhirnya kemacetan semakin mengular. Bahkan di saat situasi kemacetan seperti itu, masih ada sebagian bus yang memaksa untuk mengambil arah berlawanan guna menghindari kemacetan.

"Tapi udah ditindak sama pihak kepolisian," jelasnya.

Hal yang senada juga dialami oleh Adven Jose (28). Warga Bekasi yang akan mudik ke Magelang ini, menuturkan kemacetan parah yang dialaminya di daerah Pringsewu, Tegal. Saking parahnya kemacetan, sampai-sampai banyak pemudik mematikan mesin mobil mereka.

"Wah, benar-benar parah ini, jalannya pelan banget dan sampai matikan mesin. Ini juga sampai orang-orang tidur di mobil dan anak-anak sampai main-main di pinggir jalan," ungkapnya.

Bahkan, PT Pertamina menyiapkan pasukan motor untuk melayani penjualan bahan bakar minyak (BBM) kemasan pada pemudik yang terjebak macet di ruas tol Pejagan-Brebes Timur. Pasukan ini memperkuat pasukan sebelumnya yakni empat mobil pick up dengan muatan 1,5 kiloliter (KL) mondar-mandir menyisir masyarakat yang perlu BBM.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan metode mobilisasi mobil kecil/pick up bermuatan Pertalite dan Dexlite dalam drum telah cukup membantu. Namun, kata Wianda, dalam perkembangannya lalu lintas mulai padat sehingga perlu langkah alternatif lain untuk memasok BBM untuk masyarakat.

Wianda mengatakan berbagai langkah, seperti pengawalan untuk Tanki BBM oleh Kepolisian untuk memecah kemacetan, penyediaan kantong-kantong BBM di SPBU yang diproyeksikan menjadi tempat masyarakat mengisi BBM telah dijalankan.

Jumlah SPBU yang menjual BBK kemasan di Brebes juga ditambah menjadi sembilan unit. Pertamina, katanya, juga menyiapkan kios Pertamax di rest area KM 252 di area Pejagan.

Selain itu, Pertamina juga telah membuka beberapa SPBU di titik kemacetan dari Pejagan-Brebes Timur, seperti di Pejagan KM 258, Brebes Barat KM 254, dan Brebes Exit KM 266.

Lonjakan arus mudik yang terjadi mulai tgl 2 Juli lalu, pasokan BBM di Jawa Tengah, khususnya diwilayah Brebes, Tegal, Pemalang dan Pekalongan tercatat meningkat tajam.

Seperti pada 4 Juli, hingga pukul 22.00 WIB semalam, penyaluran Premium di wilayah tersebut mencapai 179 persen dari rata-rata normal atau 1.800 KL, diikuti dengan Pertamax sebesar 545KL atau 382 persen dari rata-rata normal, Pertalite 72 KL atau 179 persen dari rata-rata normal dan Biosolar 368 KL atau 51 persen.

Lebih dari 400-an unit mobil tanki BBM dikerahkan dan beberapa di antaranya mendapat pengawalan Kepolisian untuk dapat menuju lokasi yang ditentukan.

Selain stok BBM yang dikirimkan melalui supply point TBBM Tegal, guna mengatasi permasalahan kemacetan dalam distribusi, pasokan BBM juga dilaksanakan dari supply point Terminal BBM Semarang Group dengan jalur distribusi yang berlawanan dengan arus kemacetan.

Akibat kemacetan panjang menuju pintu tol keluar Brebes, 12 pemudik dilaporkan meninggal. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Oscar Primadi menjelaskan, kejadian yang mengakibatkan meninggalnya belasan orang itu terjadi pada 3-5 Juli lalu dan di beberapa tempat.

Namun Oscar mengatakan, kejadian itu tidak terjadi dalam satu hari seperti kesan yang muncul dalam pemberitaan berbagai media. Sementara itu, Kepala Pusat Krisis Kemenkes RI Achmad Yurianto menjelaskan, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan para korban meninggal dunia.

"Kelelahan dan kekurangan cairan dapat berdampak fatal, terutama untuk kelompok rentan seperti anak-anak, orang tua dan mereka yang memiliki penyakit kronis (hipertensi, diabetes atau jantung," ujar Yurianto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.

"Ditambah kondisi kabin kendaraan yang kecil, tertutup dan pemakaian AC yang terus menerus. Hal ini akan menurunkan kadar oksigen dan meningkatkan CO2," tambah dia.

Untuk mengurangi risiko semacam itu menimpa para pemudik, Oscar Primadi mengingatkan agar warga masyarakat yang melakukan perjalanan jauh harus memastikan kondisi kesehatan tubuhnya. "Untuk itu bagi pemudik harus benar-benar disiapkan kesehatannya," kata Oscar.

Untuk membantu para pemudik, Kemenkes telah menyiagakan 3.583 sarana kesehatan yang terdiri dari 870 posko kesehatan, 2.000 puskesmas, 371 rumah sakit, dan 207 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

"Bila lelah, mengantuk, atau merasa kurang prima, para sopir atau pemudik bisa manfaatkan fasilitas ini. Setelah segar, perjalanan dapat dilanjutkan," imbau Oscar.

Selain itu, lanjut Oscar, Kemenkes juga telah menyiapkan layanan darurat medik 119. "Masyarakat silahkan hubungi untuk mendapatkan pertolongan. Kalaupun ambulans belum tiba, operator akan memandu tindakan darurat yang dapat dilakukan keluarga, kerabat atau pemudik yang sakit. Dengan demikian kejadian yang tidak diharapkan dapat diminimalisir," tambah Oscar.

Sumber : Merdeka.com

Terkini