Belasan Vihara dan Kelenteng Dibakar, Polisi Amankan Pasutri Pemicu Aksi Massa

Sabtu, 30 Juli 2016 | 16:58:39 WIB

MEDAN – Kerusuhan berbau SARA (Suku Agama RAS dan Antargolongan) pecah di Tanjung Balai, Sumatera Utara (Sumut). Belasan vihara dan klenteng ludes dibakar dan dirusak warga, Sabtu dini hari (30/7/2016).

Untuk mengendalikan situasi, Polda Sumut mengirimkan personel bantuan untuk membantu personel Polres Tanjung Balai. Sejauh ini menurut polisi tak ada korban jiwa. Hingga pagi ini suasana berangsur kondusif.

Menurut Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Polisi Rina Sari Ginting, polisi yang dikerahkan dari Polres Asahan sebanyak 100 personel, Polres Batubara 30 personel, dan Satuan Brimob Tebing Tinggi sebanyak 75 personel.

Polisi juga dibantu TNI dari Kodim 0208/Asahan dan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tanjungbalai. Seluruh personel tambahan tersebut membantu Polres Tanjung balai mengamankan situasi pasca kerusuhan massal.

Kombes Rina mengatakan, polisi juga terus berkoordinasi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat agar kerusuhan tersebut tak terulang lagi.

Sementara penyelidikan mengenai kerusuhan itu tetap dilakukan, termasuk mendata kerusakan yang timbul bersama unsur Pemko Tanjung Balai.

“Pagi ini situasi Tanjungbalai sudah kondusif. Warga diimbau tetap tenang dan tidak mudah diprovokasi,” imbau Kombes Rina.

Mantan Kapolres Binjai ini memastikan tidak ada korban jiwa maupun korban luka dalam kerusuhan tersebut. “Tidak ada korban luka. Sementara pasangan suami istri yang memicu aksi massa masih diamankan di Polres Tanjungbalai,” tambahnya.

Ia juga mengimbau masyarakat Sumut agar tetap tenang, tidak mudah terprovokasi isu dan informasi yang belum jelas kebenarannya.

Sebelumnya diberitakan, kerusuhan massal terjadi Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara (Sumut), dini hari tadi, Sabtu (30/7/2016). Sebanyak 8 vihara yang ada di ‘Kota Kerang’ itu dibakar warga.

Informasi yang dihimpun medansatu.com, menyebutkan, kerusuhan itu bermotif SARA (Suku Agama RAS dan Antargolongan, Red). Peristiwa ini berawal dari ketersinggungan warga atas protes yang dilakukan Meliana (41), warga etnis Tionghoa. Wanita itu memprotes kegiatan keagamaan yang dilakukan di Masjid Almakshum, Jalan Karya, Tanjung Balai.

Atas protesnya itu, pengurus masjid lalu mendatangi rumah Meliana dan menanyakan kenapa perempuan itu terganggu dengan suara azan. “Karena suasana saat itu sudah agak memanas, maka Meliana dan suaminya diamankan ke Polsek Tanjung Balai Selatan,” kata Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Rina Sari, Sabtu (30/7/2016).

Masalah yang sudah mulai mereda tiba-tiba memanas gara-hara postingan seorang netizen ke akun Facebooknya. Dalam postingan itu, pemilik akun mengunggah protes yang Meliana tersebut.

Tak lama kemudian ratusan warga mendatangi rumah Meliana, bahkan ada yang ingin membakarnya. Namun berhasil diredam oleh polisi. Massa sempat membubarkan diri, namun karena masih tersulut emosi massa kembali ke rumah Meliana.

Tiba-tiba saja di tempat lain, ratusan warga bergerombol bergerak menuju vihara yang ada di Jalan Juanda, yang berjarak 500 meter dari Masjid Almakshum.

“Karena massa sudah semakin banyak dan semakin emosi, selanjutnya massa bergerak menuju Vihara Juanda yang berjarak sekitar 500 meter dari Jalan Karya lalu. Massa berupaya membakar vihara itu, namun dihadang personel Polres Tanjung Balai. Lalu dilakukan pelemparan dengan menggunakan batu sehingga wihara tersebut mengalami kerusahan,” jelas Kombes Pol Rina.

Warga lainnya yang juga datang berkelompok lalu menyebar, mereka melakukan perusakan terhadap vihara lainnya. Akibat kerusuhan itu, 8 Vihara dilaporkan dibakar warga.

Sumber : Medansatu.com

Terkini