Konflik Rohingya di Myanmar Kembali Membara

Selasa, 29 Agustus 2017 | 04:16:02 WIB
Seorang perempuan Rohingya dan anaknya terpaksa mengungsi dari konflik di Myanmar (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)

MYANMAR (Wahanariau) – Bagai api dalam sekam. Setelah sempat senyap, negara bagian Rakhine, Myanmar, ternyata masih menyimpan bara konflik. Panas permusuhan di wilayah yang sangat miskin di Myanmar itu kembali berkobar.

Hanya dalam hitungan dua hari, puluhan orang tewas, dan ribuan lainnya mengungsi ke tempat aman. Bentrokan antara warga Muslim etnis Rohingya di Rakhine dengan pihak keamanan Myanmar kembali pecah.

Menurut versi pemerintah Myanmar, kerusuhan diawali oleh terjadinya serangan yang dilakukan oleh Harakah al-Yaqin alias Tentara Penyelamat Rohingya Arakan.

Serangan terjadi pada Kamis malam, 24 Agustus 2017. Kelompok Harakah al-Yaqin yang mengaku bertanggung jawab atas aksi  itu diberitakan menyerang 30 pos polisi dan pangkalan militer di Maungdaw.

Dilaporkan The Guardian, hingga Minggu malam kemarin, 98 orang tewas akibat bentrokan bersenjata itu. Korban dari kubu pemberontak mencapai 80 orang, sedangkan dari pihak keamanan 12 orang.

Gerilyawan Rohingya dikabarkan melakukan serangan menggunakan tongkat dan pedang. Mereka juga menggunakan bom atau ranjau darat untuk menghancurkan jembatan.

"Serangan terjadi pada pukul 1 pagi, gerilyawan Bengali melancarkan serangan ke pos polisi. Mereka membawa bom dan senjata rakitan," kata seorang tentara pemerintah seperti dikutip dari Reuters, 25 Agustus 2017.

Dilaporkan The Guardian , hingga Sabtu bentrokan sengit terus berlanjut di pinggiran kota utama di Maungdaw. Penjaga perbatasan Bangladesh memberikan kesaksian, ribuan orang termasuk perempuan dan anak-anak berusaha menyeberangi sungai Naf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh.

Mereka juga mencoba melintas melalui perbatasan darat dua negara untuk menyelamatkan diri. Sementara pemerintah Myanmar mengatakan telah mengevakuasi lebih dari 4.000 non-Muslim, termasuk seluruh staf pemerintahan.

Serangan ini kembali menghangatkan konflik yang sempat memuncak pada Oktober tahun lalu. Konflik pada Oktober 2016 itu bahkan memicu operasi militer besar-besaran dan membuat perhatian dunia berpaling ke Rohingya.

Militer Myanmar dikabarkan melakukan pelanggaran hak asasi dan melakukan kekerasan pada warga Rohingya atas nama etnis dan agama. Belasan ribu warga Rohingya mengungsi. Sebagian besar melarikan diri ke Bangladesh, bahkan ke Indonesia. (rdk/viva)

Terkini