BBPOM Pekanbaru Akan Dilengkapi Alat Uji Kandungan Babi

Selasa, 05 September 2017 | 10:04:36 WIB

PEKANBARU (Wahanariau) - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Pekanbaru segera dilengkapi alat uji DNA atau asam deoxyribonucleic guna menganalisis produk makanan atau obat yang mengandung babi.

"Saat ini kami dalam proses lelang pengadaannya. In Shaa Allah Desember sudah datang dan bisa digunakan," kata Kepala BBPOM Pekanbaru, Muhammad Khasuri kepada Antara di Pekanbaru, Senin (4/9/2017).

Ia menjelaskan alat uji DNA bernama Polymerase Chain Reaction (PCR) tersebut nantinya akan dimanfaatkan oleh BBPOM Pekanbaru dalam menguji kandungan makanan, menyusul temuan bakso terdeteksi mengandung babi baru-baru ini.

Selama ini, BBPOM Pekanbaru harus melakukan analis di Provinsi Aceh dan validasi kembali di Jakarta untuk menguji kandungan DNA sebuah produk makanan atau obat.

Akibatnya, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui kandungan sebuah produk makanan atau obat yang dianggap tidak sesuai atau melanggar aturan. Hal itu yang terjadi dengan kasus dugaan bakso mengandung babi di Kota Pekanbaru.

BBPOM Pekanbaru harus menunggu hingga tiga bulan lamanya sebelum kemudian sampel di salah satu warung Bakso di Pekanbaru terdeteksi mengandung DNA babi.

"Kemarin Pemerintah Kota Pekanbaru juga menawarkan bantuan untuk pengadaan alat tersebut. Namun kami sampaikan kami sedang membeli alat itu. Sehingga (tawaran tersebut) kami arahkan untuk ke alat yang lain seperti alat untuk membantu registrasi UKM (usaha kecil menengah)," jelasnya.

Lebih jauh, dirinya menjelaskan pada 2017 ini, BBPOM Pekanbaru menargetkan untuk memeriksa 3.000 sampel obat dan makanan di seluruh provinsi Riau setiap tahun. Dari 3.000 target sampel produk tersebut, 1.000 sampel diantaranya dikhususkan pada produk makanan.

Hingga triwulan ketiga 2017 ini, dirinya mengklaim 60 persen dari 3.000 sampel telah berhasil dilakukan. Dari upaya pemeriksaan tersebut, ditemukan satu kasus yang baru-baru ini cukup mengejutkan publik, yakni bakso terdeteksi mengandung babi.

Dia berharap dengan keberadaan alat tersebut kinerja petugas BBPOM Pekanbaru akan lebih maksimal, terutama menjaga kemanan konsumen dari produk berbahaya atau tidak sesuai aturan yang berlaku.

Sementara itu, kasus temuan bakso terdeteksi mengandung babi, wali kota Pekanbaru, Firdaus meminta kepada jajarannya untuk serius menanggapinya. Dalam kasus tersebut, Firdaus mengatakan baik konsumen maupun pedagang bakso Mekar merupakan korban.

Ia meyakini kurangnya pengawasan di pasar serta panjangnya rantai distribusi daging merupakan kelemahan dan perlu dievaluasi. Selain itu, pengawasan keberadaan usaha penggilingan juga perlu ditingkatkan.

"Ini yang mesti ditelusuri. Masyarakat korban dalam hal ini, begitu juga pedagang. Diawali dari sumber bahan baku, tadi katanya daging dari RPH kemudian menuju ke pasar ada jarak. Ini mesti ditelusuri hingga tuntas, dimana kelemahannya," kata Firdaus.

Guna menuntaskan persoalan itu, ia mengatakan telah meminta kepada Dinas Kesehatan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru untuk terus bersinergi dengan BBPOM guna menutaskan persoalan tersebut. (rdk/ant)

Terkini