Ratusan Ekor Sapi di Rohul Mati Terinveksi Virus Jembrana

Selasa, 17 Januari 2017 | 20:46:31 WIB
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Disnakbun Rohul Ade Hapari SPt

PASIRPANGARAIAN (WAHANARIAU) - Virus Jembrana yang menyerang sapi jenis Bali di beberapa daerah di Indonesia ternyata juga dirasakan sampai ke Provinsi Riau. Seperti yang dialami peternak asal Kabupaten Rokan hulu, diperkirakan mencapai ratusan ekor sapi milik peternak di seluruh kecamatan di Kota Pasirpengaraian itu mengalami kematian akibat virus Jembrana itu. Sementara dari data yang didapat media dari Dinas Peternakan dan Perkebunan (Disnakbun) Kabupaten Rohul diperkirakan tahun 2016 mencapai 1.000 sapi terpaksa dijual hidup oleh peternaknya. 

Sapi yang terserang virus Jembrana itu banyak didominasi di wilayah Kecamatan Tandun, Kabun yang berbatasan dengan Kabupaten Kampar. Kemudian, Kecamatan Tambusai Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir dan Sumatera Utara. "Namun sapi juga banyak mati di Desa Pasir Intan Kecamatan Bangun Purba, dan virus ini terutama menyebar di daerah-daerah perbatasan,"ungkap Kepala Disnakbun Rohul Ir. H. Sri Hardono MM, melalui Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Disnakbun Rohul Ade Hapari SPt, Selasa (17/1/17).

Masih didampingi pegawai Disnakbun Rohul lain, Sulaiman Sianipar, Nafsiah SPt, dan Doni SPt, Ade Hapari mengakui virus tersebut tak hanya mewabah di Provinsi Riau saja melainkan sudah menyebar ke seluruh Indonesia.

"Seluruh Riau sudah kena, namun virus ini tidak menyebarkan penyakit ke manusia, hanya dampak ekonomi bagi peternak. Ini merupakan kejadian pertama di Rokan Hulu," jelasnya.

Ade mengakui banyaknya sapi yang mati disebabkan lambatnya penanganan, serta kurangnya stok vaksin. Disnakbun Rohul sendiri tidak punya stok vaksin jenis ini, karena APBD Rohul masih dalam pembahasan.

"Makanya kami minta peternak sendiri yang mencarikan vaksinya, dan kami yang mengasihnya. Kami juga minta bantuan ke provinsi namun terbatas dan sudah habis,"ungkap Ade sembari mengakui harga vaksin untuk virus Jembrana mencapai Rp800 ribu untuk 52 dosis atau 52 sapi yang sakit.

Ade mengakui lagi, bahkan Provinsi Riau sudah kehabisan stok vaksin, dan sudah meminta ke Pemerintah Pusat. Namun, karena banyaknya permintaan dari daerah di Indonesia, stok vaksin juga mulai menipis."Karena Rokan Hulu sendiri baru pertama kali ini kena virus ini, sehingga tidak menstok vaksin ini," katanya.

Menurutnya, cara penyebarannya juga tidak lepas dengan cara sejumlah pihak penjual mendatangkan sapi dari luar daerah atau dan pembeli yang disebut Blantik, sementara sapi tersebut sudah terinveksi virus Jembrana.

Virus jembrana sendiri menyebar lewat lalat, kutu dan caplak. Ciri sapi yang terserang virus jembrana ada benjolan di sekitar bahu, keluar bercak darah di bagian paha atau kaki depan. "Kalau tanda-tanda ini terlihat berarti sudah parah dan nggak bisa diobati lagi," ungkap Ade dan mengatakan kasus serupa juga terjadi di Desa Dayo Kecamatan Tandun.

Ade menuturkan, ke depannya memang perlu ditata lalulintas ternak, sehingga sapi mengidap penyakit tidak masuk ke Rohul. Apalagi sebelumnya, sewaktu Disnakbun masih bernama Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Rohul sudah menyebarkan surat edaran sapi yang masuk ke Rohul harus ada surat kesehatan dari dinas terkait daerah asalnya."Yang bisa lakukan ya sambil kita mengobati yang sakit, dan memberi vaksin kepada sapi yang sehat," jelasnya.

Terakhir ia juga meminta kepada Blantik (pembeli dan penjual sapi) mengubah prilakunya, seperti tidak memperjualbelikan sapi sakit, karena bisa berdampak buruk bagi sapi yang sehat.

"Pendekatan sudah kita sampaikan ke Camat dan Kades agar ternak dari luar daerah jangan masuk dulu. Blantik tentunya sudah mengertilah saat ini,"tutupnya.(riauterkini)

Terkini