Konflik Rohingya di Myanmar Membara Lagi, Minoritas Yang Tertindas

Selasa, 29 Agustus 2017 | 04:18:48 WIB
Penduduk etnis Rohingya terpaksa mengungsi setelah pecah konflik lagi di Myanmar.

MYANMAR (Wahanariau) - Rakhine adalah negara bagian di Myanmar dengan penduduk mayoritas Muslim. Tekanan demi tekanan terhadap warga Rakhine terus dilakukan oleh militer Myanmar, negara dengan penganut keyakinan mayoritas Budha.

Pada bulan Oktober tahun lalu, serangan militan Rohingya terhadap polisi perbatasan memicu pembalasan tentara secara brutal. Militer dikabarkan mengerahkan seluruh alat, termasuk helikopter untuk menyerang warga di desa-desa di Rakhine. Aksi pembunuhan dan perkosaan tercium publik internasional.

Rakhine di sia-siakan oleh Myanmar, dan tak diakui oleh Bangladesh. Pemerintah Bangladesh, yang mayoritas warganya masih berada di bawah garis kemiskinan, merasa kehadiran pengungsi Myanmar sebagai beban berat negara mereka.

Nasib warga Rakhine makin apes, karena Aung San Suu Kyi, pemimpin kharismatik Myanmar  yang juga pernah menerima Nobel Perdamaian pada tahun 1991 memilih bungkam menghadapi konflik internal yang memanas pada tahun 2016.

Perempuan yang pernah menjadi tahanan rumah selama bertahun-tahun itu bahkan tetap tak bersuara meski pemimpin dunia sudah mengeluarkan kecaman atas aksi brutal militer Myanmar.

Ia juga bergeming ketika sejumlah pemimpin negara menulis surat terbuka kepada Dewan Keamanan PBB yang memperingatkan sebuah tragedi "dengan pembersihan etnis dan kejahatan terhadap kemanusiaan" di negara bagian Rakhine.

Bahkan bulan Juni lalu, Myanmar tak mengijinkan tim penyelidik dari Perserikatan Bangsa-Bangsa memasuki negaranya. Paspor para penyelidik PBB ditolak pemerintah Myanmar.

Di sisi perbatasan, ratusan ribu pengungsi Rohingya sudah menempati kamp-kamp pengungsi di Bangladesh sejak tahun 1990-an, atau sejak awal kasus kerusuhan antar etnis meletus di Rakhine.

Saat ini diperkirakan ada lebih dari 400.000 pengungsi Rohingya di negara tersebut. Keberadaan pengungsi ini menjadi sumber ketegangan dua negara, yang menganggap mereka bukan warganya.

Sejak pecah kerusuhan pekan lalu, hingga Jumat, 25 Agustus 2017, 2.000 warga Rakhine telah berhasil menyeberang ke Bangladesh. Namun pemerintah Bangladesh memulangkan sebagian di antara mereka.

Diberitakan BBC, banyak pengungsi menangis dan memohon agar mereka tak dipulangkan ke Myanmar, dan tetap diijinkan tinggal di Bangladesh. (rdk/viva)

Terkini