Belajar Sejarah Perjuangan Bangsa Dengan Mengunjungi Museum Benteng Vredebrug

Rabu, 14 Maret 2018 | 12:29:16 WIB
Museum Benteng Vredebrug Yogyakarta. Photo ©Rimanews

YOGYAKARTA - Belajar Sejarah dengan mengunjungi museum yang menyimpan benda-benda dan dokumen-dokumen tentang perjuangan bangsa, dapat menambah wawasan kita.

Salah satu museum yang dapat dikunjungi untuk menambah wawasan tersebut adalah Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Letak Museum Benteng Vredeburg di kawasan kilometer nol pusat Kota Yogyakarta menjadikan museum ini mudah ditemukan.

Museum ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan kuno peninggalan zaman kolonial Belanda seperti Gedung Agung, Gereja Ngejaman (GPIB Margamulya), bekas Senisono, dan sejumlah bangunan bersejarah lainnya.

BACA : Keinginan Bambang Soesatyo Perbaiki Hubungan DPR-KPK

Museum Benteng Vredeburg menempati sebuah bangunan peninggalan masa kolonial Belanda. Dikutip dari Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, benteng ini dibangun tahun 1760.

Benteng ini dibangun atas perintah Belanda dengan dalih menjaga keselamatan Sri Sultan Hamengku Buwono I dan istananya. Nama Benteng Vredeburg memiliki arti benteng perdamaian.

Koleksi Museum Benteng Vredeburg dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain: a. bangunan; b. diorama peristiwa bersejarah; c. lukisan; d. maket; e. peta; f. miniatur; dan lain-lain.

Bangunan museum merupakan kekayaan sejarah yang tidak ternilai harganya. Bangunan-bangunan di kompleks museum ini merupakan bangunan bergaya indis, yaitu gaya arsitektur yang memadukan arsitektur barat dan arsitektur Jawa. Bangunan-bangunan di museum ini saat ini masih terawat dengan baik.

BACA : Jokowi Ajak Kazakhstan Realisasikan Kemerdekaan Palestina

Selain itu, diorama-diorama di museum ini merupakan sumber belajar sejarah yang menarik. diorama-diorama ini disimpan dalam empat ruang diorama.

Dari diorama-diorama tersebut kita dapat melihat gambaran peristiwa-peristiwa seperti masuknya pasukan Jepang ke Yogyakarta, kongres Jong Java di Yogyakarta, perlawanan Pangeran Diponegoro, dan lain-lain.

Di Museum Benteng Vredeburg ini kita juga dapat melihat benda-benda saksi sejarah perjuangan bangsa. Benda-benda seperti tempat tidur yang dipakai Jenderal Sudirman pada saat perang gerilya, pakaian yang dipakai salah satu pejuang kemerdekaan, dokumen-dokumen terkait perjuangan dr. Soetomo, tentu merupakan sumber belajar sejarah yang kaya.

Kepala Museum Benteng Vredeburg, Zaimul Azzah, mengajak masyarakat menjadikan museum sebagai salah satu tempat belajar sejarah dan kebudayaan.

BACA : Kesepakatan Pemerintah dan DPR Biaya Ibadah Haji 2018 Jadi Rp35,2 Juta

"Ayo datang ke Museum Benteng Vredeburg, banyak pelajaran yang bisa kita pelajari di museum ini. Selain itu berbagai kegiatan rutin kita selenggarakan dan terbuka untuk seluruh masyarakat," ajak Zaimul Azzah, di Yogyakarta, beberawa waktu lalu.

Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berrhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu.

Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda mengusulkan kepada sultan supaya diizinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih supaya Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya.

Akan tetapi, di balik dalih tersebut maksud Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton.

BACA : KPK Titipkan Dua Kuda Presiden Jokowi ke Istana Bogor

Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade.

Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda.

Besarnya kekuatan yang tersembunyi di balik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda.

Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu, permohonan izin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan.

BACA : PNS Laki-Laki Berhak Cuti Saat Dampingi Istri Melahirkan Tanpa Harus Potong Cuti Tahunan

Pada zaman penjajahan Jepang,  Benteng Vredeburg  menjadi salah satu pusat kekuatan tentara penjajah. Tentara Jepang yang bermarkas di Benteng Vredeburg adalah Kempeitei yaitu tentara pilihan yang terkenal keras dan kejam.

Di samping itu benteng Vredeburg juga digunakan sebagai tempat penahanan bagi tawanan orang Belanda maupun Indo-Belanda yang ditangkap. Juga kaum politisi Indonesia yang berhasil ditangkap karena mengadakan gerakan menentang Jepang.

Guna mencukupi kebutuhan senjata, tentara Jepang mendatangkan persenjataan dari Semarang. Sebelum dibagikan ke pos-pos yang memerlukan terlebih dulu di simpan di Benteng Vredeburg.

Gudang mesiu terletak di setiap sudut benteng kecuali di sudut timur laut. Hal itu dengan pertimbangan bahwa di kawasan tersebut keamanan lebih terjamin. Penempatan gudang mesiu di setiap sudut benteng dimaksudkan untuk mempermudah di saat terjadi perang secara mendadak.

BACA : Empat Ribu Lebih Bidan Desa Segera Diangkat Jadi CPNS

Penguasaan Jepang atas Benteng Vredeburg berlangsung dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1945, ketika proklamasi telah berkumandang dan nasionalisasi bangunan-bangunan yang dikuasai Jepang mulai dilaksanakan.

Selama itu meskipun secara de facto dikuasai oleh Jepang tetapi secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan.

Melalui Surat Keputusan Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan nomor 0475/O/1992 tanggal 23 November 1992 secara resmi Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Yogyakarta.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala.

Sumber : Rimanews

Terkini