Pemerintah Yakin Mampu Jaga Pergolakan Rupiah

Kamis, 15 Maret 2018 | 11:07:42 WIB

JAKARTA - Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak awal tahun lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Oleh karena itu, pemerintah yakin hal tersebut tak perlu terlalu dicemaskan.

Hal ini dikatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. "Sebetulnya ada asal muasal dari luar, sehingga jangan terlalu khawatir," kata Darmin di Jakarta, Rabu (14/03/2018).

Darmin mengatakan fundamental ekonomi saat ini masih dalam keadaan baik, apalagi IHSG juga masih dalam keadaan stabil.

BACA : Hadapi Kenaikan Suku Bunga AS, Sri Mulyani Optimis Stabilitas Ekonomi Indonesia Tetap Terjaga

"Kalau masih sebentar, kurs baik, IHSG masih baik, itu belum konsisten dia memburuk," katanya.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat sebesar empat poin menjadi Rp13.731 dibanding posisi sebelumnya Rp13.735 per dolar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan optimisme pemerintah terhadap perekonomian Indonesia yang masih akan terus tumbuh secara berkelanjutan memberi harapan positif pada pelaku pasar di dalam negeri.

BACA : Bahas Aturan Fintech di Indonesia, OJK Gandeng Bank Dunia

"Pernyataan Bank Indonesia dan Kemenkeu terhadap optimisme kian membaiknya ekonomi Indonesia memberikan imbas positif pada bertahannya rupiah di area penguatan," kata Reza.

Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia juga akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sesuai dengan fundamental.

Namun, pergerakan rupiah masih terdampak potensi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed serta efek dari kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengeluarkan aturan terkait dengan tarif impor untuk baja dan aluminium.

BACA : Rupiah Dibuka Menguat Tipis di Level Rp 13.761 Per USD

"Meski belum terjadi, namun memberi sentimen positif bagi dolar AS," ujar Reza.

Bank Indonesia mengaku belum melihat adanya potensi level depresiasi nilai tukar rupiah yang mencapai ke Rp15.000 per dolar AS.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi di Jakarta, Rabu (14/03/2018), mengatakan saat ini fundamental ekonomi Indonesia cukup terjaga baik, yang terlihat dari laju inflasi di sasaran 2,5-4,5 persen (tahun ke tahun/yoy), defisit neraca transaksi pembayaran yang dijaga di 2,-2,5 persen PDB dan juga prospek pemulihan pertumbuhan ekonomi.

BACA : Terus Lakukan Reformasi Ekonomi, Indonesia Mendapat Pengakuan dan Kepercayaan Internasional

Jika ada proyeksi dari lembaga di luar BI mengenai depresiasi rupiah yang dalam, kata Doddy, angka yang muncul hanya merupakan angka psikologis berdasarkan uji ketahanan (stress test).

"Tidak melihat risiko ke arah sana, dari sisi nilai tukar. Dengan kondisi fundamental sekarang, berapapun yang angka psikologis yang muncul, secara fundamental, tidak akan terjadi," kata Doddy menjawab pertanyaan mengenai proyeksi rupiah bisa melemah ke Rp15 ribu per dolar AS yang disebutkan analis lembaga pemeringkat Standard and Poor`s.

Doddy mengatakan angka depresiasi tersebut bukan sebuah proyeksi. Angka yang muncul dari uji ketahanan biasanya berdasarkan pengalaman depresiasi yang pernah terjadi.

BACA : Menaker Janji Permudah Perizinan Tenaga Kerja Asing

"Siapa pun bisa bicara. Nilai tukar sensitif bagi ekonomi. Level itu semacam psikologis. Kami memandang berapa pun level itu, itu adalah level psikologis yang mengacu ke kejadian sebelumnya, ke angka tertinggi yang pernah terjadi. Level sekarang menurut penilaian kami bukan sesuai fundamental. Bisa menguat harusnya, sekarang sudah menguat tapi belum sesuai fundamental. Harus lebih kuat dari posisi sekarang," katanya.

Beberapa faktor yang menentukan nilai fundamental perekonomian adalah defisit transaksi berjalan yang diperkirakan terjaga di 2-2,5 persen PDB tahun ini, dan inflasi yang masih di sasaran 2,5-4,5 persen (yoy). Serta pertumbuhan ekonomi yang diprediksi lebih baik dan berada di kisaran 5,1-5,5 persen (yoy) di tahun ini.

Sejak 1 Maret hingga 14 Maret, kurs rupiah terdepresiasi sebesar 0,27 persen (month to date). Jika dihitung sejak 1 Januari hingga 1 Maret 2018, rupiah terdepresiasi 1,5 persen.

Sumber : Rimanews

Terkini