Puan Maharani dan Pramono Anung Terseret dalam Drama e-KTP Bareng Setnov...?

Rabu, 28 Maret 2018 | 17:39:36 WIB

JAKARTA - Pemeriksaan terdakwa di pengadilan tindak pidana korupsi (Tipikor) Jakarta, Kamis (22/03/2018) lalu, Mantan Ketua DPR Setya Novanto secara mengejutkan menyeret nama Puan Maharani dan Pramono Anung dalam pusaran mega korupsi eKTP.

Diketahui bahwa Puan dan Pramono adalah orang dekat Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Puan adalah darah dagingnya, sedangkan Pramono adalah salah satu orang kepercayaannya.

Setnov mengaku ada dana KTP-elektronik yang mengalir untuk Puan Maharani dan Pramono Anung masing-masing 500 ribu dolar Amerika.

"Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, saya minta maaf ada disampaikan oleh Andi (Narogong) untuk Puan Maharani 500 ribu dolar AS dan Pramono 500 ribu dolar AS. Bu Puan Maharani ketua fraksi PDI-P dan Pramono ada 500 ribu dolar," kata Setya Novanto (Setnov) sambil terbata, sebagaimana dilansir Rimanews.

BACA : Abaikan Laporan Ombudsman, Anies Terancam Dibebastugaskan

Kita tidak tahu apakah itu bagian dari akting seperti saat Setnov kecelakaan hingga “benjol segede bakpao” dari Hongkong.

Pemberian itu menurut Setnov diceritakan oleh pengusaha Andi Narogong dan rekan Setya Novanto yang juga pengusaha Made Oka Masagung pada akhir 2011.

Menurutnya, Andi Narogong bersama Made Oka itu datang ke rumahnya. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, Oka pun bercerita jika dia sudah bagi-bagi duit ke anggota dewan.

Tersebutlah nama Puan Maharani yang saat ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dana juga mengalir ke Pramono Anung yang sekarang menjabat sebagai Sekretaris Kabinet. Pada 2011, Pramono masih menjadi Wakil Ketua DPR, sedangkan Puan ketua fraksi PDIP.

BACA : Hantam Truk Sampah, Alfian Tewas Seketika

Selain untuk dua politisi PDIP itu, Andi juga mengaku telah memberikan uang saku untuk Chairuman, Melchias Mekeng, Tamsil Linrung, dan Olly Dondokambey.

Sementara itu, untuk Ganjar Pranowo yang saat ini sedang sibuk bertarung di Pilkada Jateng, uang sudah dipotong oleh Choiruman. Rata-rata, menurut pengakuan Novanto, masing-masing mendapat fulus US$500 ribu. Ada lagi yang lebih kecil seperti Jafar Hafsah yang “hanya” US$250 ribu.

Setya Novanto dalam perkara ini didakwa menerima uang 7,3 juta dolar AS dari proyek KTP-elektronik melalui rekan dia pemilik OEM Investment Pte.LTd dan Delta Energy Pte.Lte Made Oka Masagung seluruhnya 3,5 juta dolar AS dan melalui keponakan Novanto, Diretur PT Murakabi Sejahtera Irvanto Hendra Pambudi Cahyo pada 19 Januari - Februari 2012 seluruhnya berjumlah 3,5 juta dolar AS.

Novanto juga didakwa menerima satu jam tangan Richard Mille seri RM 011 seharga 135 ribu dolar AS yang dibeli pengusaha Andi Agustinus bersama direktur PT Biomorf Industry Johannes Marliem sebagai bagian dari kompensasi karena membantu memperlancar proses penganggaran.

BACA : Dua Prajurit TNI Ditangkap Polis Diraja Malaysia

KPK akan pelajari keterangan Setnov.
Meskipun sempat dibuat pusing dengan kelakuan Setnov, pun di-KO di gugatan praperadilan, untuk cuitan-cuitan korupsi KPK tetap akan mendengarkan dengan cara saksama dan dalam tempo yang secukup-cukupnya.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Jakarta, Jumat (23/03/2018), mengatakan lembaga tempatnya bekerja akan mempelajari keterangan Setnov mengenai aliran dana proyek KTP-elektronik ke Puan dan Pramono tersebut.

"Fakta persidangan kemarin sedang dipelajari oleh tim Jaksa bersama penyidik karena terdakwa masih mengatakan mendengar dari orang lain, maka tentu informasinya perlu di-crosscheck dengan saksi dan bukti lain," kata Febri.

Kita tidak tahu, apakah ini yang dimaksud oleh pengacara Setnov beberapa waktu lalu yang mengatakan bekas ketua umum Golkar itu ingin menjadi justice collaborator (JC), yang sampai saat ini belum diformalkan.

BACA : Ditetapkan Sebagai Tersangka Korupsi Dana Pensiun Pertamina, Komisaris PT MDS Belum Ditahan

Ahli hukum pidana dari Universitas Islam Indonesia, Mudzakir mengatakan keterangan Setnov yang hanya menyebut segelintir orang dalam dakwaannya menerima dan memunculkan nama belum bisa menjadikannya sebagai JC.

Keterangan Setnov memang belum tentu benar, sebagaimana kebenaran jenis sakit yang dia jadikan sebagai dasar menghindari pemeriksaan KPK tempo hari, akan tetapi setidaknya hal ini menambah titik kejelasan ke mana saja aliran kerugian negara sebesar Rp2,7 triliun dalam proyek tersebut.

Tampaknya, Setnov mulai bosan bermain drama e-KTP hanya dengan aktor itu-itu saja. Sepertinya dia sedang mencari pemeran lain yang pantas dalam drama tersebut.

Jika Ganjar, Puan dan Pramono benar-benar terlibat, tertamparlah muka Megawati dengan aib tersebut karena ternyata anak kandung dan anak ideologisnya tak merdeka dari korupsi. (Rimanews)

BACA : Pabrik Jamu di Sidoarjo Digerebek Petugas BPOM

Terkini