LEWS Berbasis Masyarakat Dari Indonesia Mendunia

Sabtu, 17 Maret 2018 | 00:21:57 WIB
Kepala BNPB Willem Rampangiley menerima penghargaan tentang sistem peringatan dini longsor berbasis masyarakat di Sidney, Australia, Jumat (16/3/2018). (Foto: Humas BNPB).

AUSTRALIA - Sistem peringatan dini longsor atau Landslide Early Warning System (LEWS) dari Indonesia secara resmi ditetapkan untuk dipublikasikan sebagai ISO 22327 oleh Organisasi Standar Internasional atau International Organization for Standardization (ISO).

Penetapan secara resmi ini disampaikan oleh Sekretariat ISO TC 292 di Kantor Standardisasi Australia, Sydney, Jumat (16/3/2018).

Dengan penetapan ini, maka LEWS yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ditingkatkan menjadi ISO 22327 sebagai Guidelines for Implementation of a Community-based Landslide Early Warning System.

BACA : 23 Korban Speed Boat Tenggelam Berhasil Diselamatkan

Kepala BNPB Willem Rampangilei menyampaikan, bahwa sistem peringatan dini longsor ini sebagai bentuk kontribusi Indonesia dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada dunia untuk menyelamatkan masyarakat dari ancaman bahaya longsor.

“Mari menciptakan bumi yang aman dari bencana untuk generasi mendatang,” kata Willem di Plenary Meeting ISO Sydney, Australia, Jumat (16/3/2018) sebagaimana siaran pers yang dirilis Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Kepala BNPB mengingatkan, sistem peringatan dini yang baik tidak hanya pada peralatan yang berdiri sendiri tetapi pada akhirnya sistem tersebut dapat saling terkait sebagai suatu sistem peringatan dini yang efektif.

BACA : Jasad Santri Ponpes Baitul Quran yang Hilang Ditemukan di Perairan Basilam Baru

“Komunitas sangat penting sebagai bagian inti dari sistem tersebut karena merekalah yang akan mendapatkan ancaman. Komunitas harus menjadi bagian dari sistem dan harus paham bagaimana sistem ini bekerja,” ujar Willem.

Melalui penetapan ISO, menurut Kepala BNPB Willem Rampangiley, sistem peringatan dini longsor dapat menjadi penguatan wujud Indonesia sebagai laboratorium bencana dunia.

Di samping itu, industri kebencanaan dapat tumbuh dan berkontribusi untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

BACA : Pasutri Diserang Beruang di Kebun, Istri Tewas Ditempat

Sistem Peringatan Dini Longsor atau Landslide Early Warning System (LEWS) Berbasis Masyarakat terdiri dari 7 sub sistem yang dikembangkan dari konsep peringatan dini berbasis masyarakat milik badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNISDR).

Sub sistem tersebut adalah (1) penilaian risiko, (2) sosialisasi, (3) pembentukan tim siaga bencana, (4) pembuatan panduan operasional evakuasi, (5) penyusunan prosedur tetap, (6) pemantauan, peringatan dini, dan geladi evakuasi, serta (7) membangun komitmen otoritas lokal dan masyarakat dalam pengoperasian dan pemeliharaan keseluruhan sistem peringatan dini tanah longsor.

Pada awal mula LEWS ini telah diuji coba di lebih dari 150 lokasi di Indonesia. Kemudian sistem ini dikembangkan untuk mendapakan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan akhirnya ditetapkan pada tahun 2017.

BACA : Warga Inhu Dilarikan ke RSUD Rengat Setelah Duel Lawan Ular Piton 7 Meter

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugrogo menambahkan, bersamaan dengan proses penyusunan SNI tanah longsor tersebut, pada tahun 2014 Indonesia juga mengajukan usulan untuk penyusunan Standar Internasional melalui ISO.

“Usulan tersebut disetujui dan masuk dalam komite ISO/TC 292: Security and Resilience pada Working Group 3: Emergency Management, sebelum akhirnya mendapatkan ISO 22327,” ungkap Sutopo.

Ia menyebutkan, proses panjang untuk mendapatkan ISO sejak 2014 ini tidak terlepas dari inisiatif dan upaya bersama BNPB, Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan UGM.

BACA : Sekian Lama Mencari, Warga Temukan Ayah Jeki Eli Waruwu Tinggal Tulang Belulang

Namun demikian, LEWS ini pada akhirnya diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam konteks bahaya longsor di Indonesia. Lebih dari 40 juta masyarakat di 274 kabupaten/kota terpapar bahaya longsor. Longsor sendiri merupakan bencana paling mematikan di Indonesia.

Baca Sumber

Terkini