Pelemahan Rupiah Ancam Industri Ekspor Berbahan Baku Impor

Rabu, 21 Maret 2018 | 10:16:24 WIB
Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan Taufik Kurniawan

JAKARTA - Pergerakan rupiah yang kian melemah terhadap dolar dalam dua bulan terakhir dinilai berbahaya bagi industri berorientasi ekspor yang masih mengandalkan bahan baku impor.

Demikian disampaikan Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan, Taufik Kurniawan, Senin (19/3/2018) seperti dikutip dari Rimanews.

“Ini menjadi simalakama bagi pengusaha. Mau menaikkan harga jual, atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan untuk memangkas biaya produksi. Persoalan ini harus diantisipasi, agar tidak menimbulkan permasalahan baru," kata Taufik di Jakarta, Senin (19/3/2018).

BACA : Penyederhanaan Regulasi TKA Dorong Investasi

Taufik Kurniawan meminta Pemerintah mewaspadai pelemahan rupiah supaya jangan sampai tembus Rp15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Di awal Januari 2018, rupiah masih bertengger di level Rp13.300 per dolar AS. Namun, di awal Maret 2018, nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga Rp13.800 per dolar AS.

“Pelemahan ini harus diwaspadai banyak pihak. Tak dipungkiri, pengaruh global, khususnya kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, sangat besar. Tapi, situasi ini juga menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tidak terlalu kuat,” ujar Taufik

BACA : Lebih Baik Bank Internasional Ada di Indonesia Daripada Nasabah Lari Keluar

Sebelumnya, Senior Director Corporate Ratings Standard and Poor's (S&P) Xavier Jean mengatakan, rupiah perlu diawasi supaya tidak terus anjlok.

Menurutnya, depresiasi bisa berlangsung cepat, seperti pelemahan nilai tukar rupiah pada 2015. Saat itu, rupiah melemah dari Rp12.000 ke Rp15.000 hanya dalam hitungan beberapa bulan.

Taufik pun mendorong adanya langkah strategis supaya rupiah tidak semakin melemah dan fundamental ekonomi Indonesia semakin kuat. Misalnya, pemerintah kembali mengevaluasi pelaksanaan paket kebijakan ekonomi yang pernah dikeluarkan.

BACA : Jokowi Ingatkan Perbankan Harus Berani Ambil Risiko

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak awal tahun lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Oleh karena itu, pemerintah yakin hal tersebut tak perlu terlalu dicemaskan.

"Sebetulnya ada asal muasal dari luar, sehingga jangan terlalu khawatir," kata Darmin di Jakarta, Rabu (14/03/2018).

Darmin mengatakan fundamental ekonomi saat ini masih dalam keadaan baik, apalagi IHSG juga masih dalam keadaan stabil. "Kalau masih sebentar, kurs baik, IHSG masih baik, itu belum konsisten dia memburuk," katanya.

BACA : Jokowi Yakin Bakal Banyak Donasi Bagi Pengembangan Bank Wakaf Mikro

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat sebesar empat poin menjadi Rp13.731 dibanding posisi sebelumnya Rp13.735 per dolar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan optimisme pemerintah terhadap perekonomian Indonesia yang masih akan terus tumbuh secara berkelanjutan memberi harapan positif pada pelaku pasar di dalam negeri.

"Pernyataan Bank Indonesia dan Kemenkeu terhadap optimisme kian membaiknya ekonomi Indonesia memberikan imbas positif pada bertahannya rupiah di area penguatan," kata Reza.

BACA : Berharap Bank Wakaf Mikro Ada di Seluruh Pesantren

Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia juga akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sesuai dengan fundamental.

Namun, pergerakan rupiah masih terdampak potensi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed serta efek dari kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengeluarkan aturan terkait dengan tarif impor untuk baja dan aluminium.

"Meski belum terjadi, namun memberi sentimen positif bagi dolar AS," ujar Reza. (rnc/rnc)

BACA : Bawa UKA Lebih Rp1 Miliar Terancam Denda 10 Persen

Terkini