Tantangan Ekstremisme Dalam Beragama

Tantangan Ekstremisme Dalam Beragama
Lukman Hakim Saifuddin

JAKARTA - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan paham keberagamaan di Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan yang ekstrem, baik kanan maupun kiri. Padahal, keagamaan yang sehat adalah yang pertengahan, atau moderat.

“Moderasi itu artinya moderat lawan dari ekstrem, kita tidak ingin di republik tercinta ini ada paham apalagi pengamalan agama yang ekstrem atau berlebihan,” ujar Menag saat hadir pada kegiatan Capacity Building yang digelar oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agamadi Cisarua Bogor, beberapa waktu lalu.

Ia menuturkan bahwa semua agama yang ada saat ini dipahami melalui kitab suci karena semua agama rujukan utamanya adalah kitab suci.

BACA : Jokowi Berharap Bank Wakaf Bisa Selesaikan Masalah Yang Tidak Bisa Diselesaikan Perbankan

“Kitab suci itu adalah teks, selain kitab suci, Tuhan juga menurunkan orang-orang suci, para teladan (role model), contoh nilai-nilai kebajikan melalui para nabi dan santo,” ujar Menag.

“Tapi karena sekarang kita tidak hidup bersama mereka, cara kita memahami orang-orang suci itu juga dari riwayat-riwayat mereka dan itu adalah teks. Jadi teks itulah satu-satunya tempat kita memahami esensi ajaran agama,” imbuh Menag di hadapan 431 peserta.

Menag menambahkan bahwa, dalam memahami teks agama saat ini terjadi kecenderungan terpolarisasinya pemeluk agama dalam dua kutub ekstrem.

BACA : Akhir Maret 2018, Jokowi Akan Rombak Urusan Perizinan dan Ketenagakerjaan

Berita Lainnya

Index