Bursa Efek Indonesia 'Kebal' dari Virus Ransomeware Wannacry

Bursa Efek Indonesia 'Kebal' dari Virus Ransomeware Wannacry

JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan telah menggunakan keamanan berlapis untuk menjaga keberlangsungan sistem teknologi dan informasi (TI) dari gangguan virus yang dapat mengganggu transaksi perdagangan di pasar modal.

Dilansir CNN Indonesia, Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, jajarannya selalu melakukan pemeriksaan sejak pagi pada pukul 07.00 WIB. Pengecekan itu mencakup pemeriksaan sistem tiap perusahaan efek atau sekuritas hingga detail.

"Kami tiap pagi jam 07.00 WIB sudah buka, kerja. Periksa dulu semuanya, terus setiap transaksi per broker diperiksa detail, selalu itu sih," ungkap Tito, Senin (15/5/2017).

Namun begitu, Tito menyebut dirinya tetap waspada dengan adanya virus ransomeware WannaCry yang tengah menyerang berbagai negara, termasuk Indonesia. Seperti diketahui, dua rumah sakit di Indonesia diserang pekan lalu, yakni Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais.

Hanya saja, Tito mengaku tidak menambah pengamanan karena BEI sendiri tidak menggunakan sistem operasi Windows, yang diserang oleh virus ransomeware WannaCry tersebut.

Tito megatakan, perdagangan BEI sendiri dibantu oleh Nasdaq dengan menggunakan sistem Jakarta Automates Trading System (JATS). Ia masih optimistis sistem itu tidak akan diganggu oleh ransomeware WannaCry.

"Insya Allah ya. JATS kan sistem terbaik di dunia, ada 88 bursa dibawah dia. Bursa pakai itu sudah lama," jelas Tito.

Sekadar informasi, virus tersebut telah menyerang beberapa perusahaan di berbagai negara, seperti pabrik mobil Perancis, Renault, Bank Sentral Rusia, dan sistem jaminan kesehatan nasional Inggris.

Jika dibandingkan dengan ransomware lain, maka WannaCry punya keunikan, yakni memilih memanfaatkan eksploitasi Windows yang diperoleh melalui eksploit NSA yang disebut EternalBlue, yang sempat digunakan oleh kelompok Shadow Broker pada April lalu.

Berita Lainnya

Index