Kisah Ibu Monster, Menyiksa Anak dan Membiarkannya Kelaparan

Kisah Ibu Monster, Menyiksa Anak dan Membiarkannya Kelaparan
Andrew Copley dan ibunya Christine Copley.

LONDON (WAHANARIAU)  -- Bagi Andrew Copley, monster itu adalah ibu kandungnya, Christine Copley, yang menyiksa dan membiarkan anaknya kelaparan dengan harapan mati. Kekejaman yang di luar batas kemanusiaan dialami Andrew, tapi dia tak putus asa dan melanjutkan hidup serta membuktikan ibunya pantas dihukum.

Andrew, kini berusia 38 tahun, menuturkan ibunya tidak menginginkannya sejak hari pertama dia lahir ke dunia. 

"Sejak saya lahir, dia tidak menginginkan saya dan berharap saya mati begitu lahir," kata Andrew seperti dikutip dari Daily Mail, 10 Agustus 2017.

Andrew memiliki abang dan adik laki-laki, tapi Christine, kini berusia 66 tahun, sangat membencinya. Ibunya menyiksa dan membiarkannya kelaparan parah dari usia Andrew balita hingga remaja. Perlakuan tidak manusiawi ibunya berakhir ketika Andrew memutuskan lari dari rumah dengan hanya berbekal baju yang melekat di badan.

Saking kejamnya penyiksaan oleh Christine yang dialami Andrew sejak kecil, membuat Andrew menjadi kebal atas berbagai penyiksaan yang dilakukan ibu yang melahirkannya itu.

Ketika usia sekolah, Andrew mengenang, saat ibunya mengurung dia di tempat gelap, mengikatnya dengan rantai anjing, hingga memaksanya berdiri di luar rumah dalam keadaan bugil.

Untuk mengurangi bekas siksaan di tubuh Andrew, Christine membenamkan tubuh anaknya itu ke dalam air es. 

Ia juga menahan rasa lapar yang sangat karena ibunya membiarkan dia kelaparan selama sepuluh tahun dengan harapan dirinya tewas. Andrew tidak menyerah, ia bertahan dengan memakan makanan hamster dan anjing peliharaan keluarganya. Ia juga meminta makanan sisa teman sekolahnya. Gara-gara kelaparan, tubuh Andrew sangat kurus.

"Terkadang beberapa hari tidak ada makanan. Saya meminta makanan sisa siswa-siswa lain di sekolah atau saya makan makanan hamster dan biskuit anjing hanya untuk melanjutkan hidup,” ujar Andrew mengenang.

Berharap ibunya berubah, Andrew yang hidup dalam kemiskinan dengan ibunya, mencari pekerjaan. Ia diterima bekerja mengantarkan video sewaan. Dia merasa jadi orang merdeka.

Keputusannya untuk lari sudah bulat ketika suatu hari Christine memukul kepalanya dengan botol anggur karena menolak memberikan uang kepada ibunya. "Pada waktu itu, saya tahu dia tidak akan berubah dan memutuskan untuk keluar dari rumah," kata Andrew.

Andrew lari ke rumah ayahnya, dan mencoba hidup bersama sang ayah yang sudah bercerai dengan ibunya. Namun hidup Andrew tidak secerah harapannya karena ayahnya seorang pemabuk. 

Seperti yang dilansir Daily Mail pada 10 Agustus 2017, Andrew mengaku dia baru merasa bahagia ketika kabur dari rumah dan memilih untuk hidup bersama dengan kakek dan neneknya.

Ia kemudian hidup mandiri dan tidak pernah kembali ke rumah Christine. Namun Andrew kerap melintas di depan rumah Christine untuk memastikan adiknya tidak menderita seperti yang dia alami.

Belakangan, Andrew berniat membuktikan bahwa Christine layak dihukum atas kekejaman terhadap dirinya. Ia terinspirasi kasus Jimmy Savile, komedian dan seniman yang nyentrik serta pengisi acara di BBC, yang ternyata penjahat seksual dengan korban lebih 500 anak dan berhubungan seks dengan jasad manusia.

Akhirnya Andrew melaporkan kekejaman Christine kepada polisi pada 2013. Hakim pengadilan Exeter Crown, Davon, Inggris, menghukum Christine dengan hukuman penjara selama 3 tahun pada April 2017. 

Putusan pengadilan itu tentu tidak sebanding dengan kekejaman yang dilakukan Christine kepadanya. Namun Andrew tidak berfokus kepada membalas dendam. 

"Bagi saya, tiga tahun adalah periode hukuman yang pendek, tapi jangka waktu yang panjang untuk membuktikan saya berbicara benar," ujar Andrew. 

Kenapa Christine sekejam itu? Belum ada yang tahu pasti. Namun, menurut Andrew, Christine berharap mendapat anak perempuan saat melahirkannya. Perceraian dengan ayahnya juga diduga jadi pemicu hal tersebut. Kekejaman Christine melampaui akal sehat manusia, begitu Andrew melukiskan.

"Saya tidak panggil dia ibu, saya panggil dia Christine karena tidak ada ibu yang sanggup melakukan hal yang kejam terhadap anaknya," ujar Andrew, yang berniat membantu orang-orang yang senasib dengan dia agar tetap maju melaporkan kekejaman yang dilakukan orang tua terhadap anaknya tanpa merasa malu dan bersalah. (tempo)

Berita Lainnya

Index