Bupati Inhil Luncurkan Buku, Cerita Panjang Pembangunan Infrastruktur Di 'Bumi Sri Gemilang'

Bupati Inhil Luncurkan Buku, Cerita Panjang Pembangunan Infrastruktur Di 'Bumi Sri Gemilang'

 

Tembilahan - Bupati Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), HM Wardan meluncurkan buku berjudul 'Aku dan Pembangunan Infrastruktur Indragiri Hilir'. Di buku tersebut, Bupati menceritakan tentang perjalanan panjang memperjuangkan pembangunan infrastruktur di 'Bumi Sri Gemilang'.

Beragam upaya telah Dia lakukan untuk menggapai Visi menjadikan Kabupaten Inhil Maju, Bermarwah dan Bermartabat. Namun, untuk menggapai itu semua bukan lah suatu hal yang mudah. Terdapat banyak halangan dan rintangan yang harus dihadapi.

"Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu dan proses yang harus dilalui. Caci dan maki hampir setiap hari dirasakan di masa - masa awal menjabat sebagai Bupati," katanya di acara yang ditaja Dinas Komunikasi, Informasi, Persandian dan Statistik di Gedung Engku Kelana, Tembilahan, Selasa (6/2/2018) malam.

Kendati demikian, karena tekad yang kuat membangun daerah, diungkapkan Bupati, Dia tidak mundur dalam perjuangan untuk tanah kelahirannya. Dia bersama jajarannya, terus berusaha untuk mengakses pembangunan bagi negeri.

"Alhasil, jerih payah itu terbayarkan. Satu per satu, pembangunan di Inhil terlaksana. Sampai kini, kita boleh lihat bagaimana pembangunan infrastruktur di Inhil sekarang," tukas Bupati yang duduk berdampingan dengan Sang Istri, Hj Zulaikhah Wardan.

Tak Pernah Berpikir Jadi Bupati

Di Bab I (pertama) buku yang ditulis, Bupati Inhil, HM Wardan sedikit bercerita tentang kehidupan masa kecilnya yang sama sekali tidak berpikir dan bercita - cita menjadi seorang Bupati.

"Mungkin, karena Saya yang bukan berasal dari keluarga yang mampu. Dan juga, tidak memiliki sanak - saudara dari kalangan pejabat atau politisi, sehingga tidak pernah terbesit di benak Saya untuk menjadi Bupati," urainya.

Memasuki masa SMA, Bupati mengambil langkah spekulatif dengan memberanikan diri menyambung jenjang pendidikan di Kota Pekanbaru. Singkat cerita, setelah tamat, Dia berkeinginan melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

"Saya berhasil lulus masuk ke Universitas Riau kala itu. Mungkin sekitar 6 bulan berjalan, ada pembukaan di APDN. Disinilah dilema menghampiri Saya," kata Bupati.

Betapa tidak, saat itu, orang tua Bupati lebih menginginkan Dirinya untuk menempuh jenjang pendidikan di APDN. Sementara, Wardan Kecil, telah menjalani perkuliahan selama enam bulan di Universitas Riau dan telah melunasi seluruh pembayaran dengan susah payah.

"Saya berkirim surat dengan ayah Saya. Ayah Saya membalas surat itu hanya dengan 2 baris tulisan yang isinya 'Kalau ananda memikirkan pendidikan adik - adik ananda, maka masuklah APDN," ungkap Bupati dengan mata yang menerawang untuk mengingat kembali memori puluhan tahun silam.

Bupati berujar, bukan tanpa alasan orang tuanya kala itu menginginkan Dirinua bersekolah di APDN. Disana, lanjutnya, seluruh biaya perkuliahan sudah ditanggung oleh negera, berbanding terbalik dengan di Universitas Riau yang semua biaya ditanggung oleh mahasiswanya sendiri.

"Selaku anak sulung yang memikirkan sekolah adik - adik. Dengan lapang dada Saya memutuskan untuk berkuliah di APDN dan meninggalkan Universitas Riau," ujar Bupati.

Sampai pada akhirnya, seusai menamatkan pendidikan di APDN, Bupati yang secara otomatis berkerja sebagai abdi negara dapat memegang sejumlah jabatan di Pemerintahan, baik di tingkat Kabupaten Inhil maupun Provinsi Riau hingga mendapat kepercayaan penuh untuk mengemban amanah sebagai Kepala Daerah, Bupati Kabupaten Inhil. (Dex)

Berita Lainnya

Index