Pembangunan Ibu Kota Ancam Habitat Orangutan

Pembangunan Ibu Kota Ancam Habitat Orangutan

KUTAI KARTANEGARA - Pemindahan ibu kota baru ke Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara berpotensi mengancam keberadaan satwa khas Indonesia yaitu orangutan. Hal ini disampaikan Koordinator pengelola Borneo Orangutan Suvival (BOS), Imam Muslimin, Kamis (29/8/2019)

Imam menjelaskan memang pembangunan kota baru jauh dari hutan yang merupakan tempat orangutan berada. Namun lambat laun pembangunan ibu kota akan merembet ke kota sekitarnya.

"Lokasinya pembangunan ibu kota jauh dari habitat orangutan. Cuma lambat laun ya bisa (mengancam) , karena orang utan kan selalu berpindah-pindah tempat, siklusnya memang puluhan tahun. Kalau mengancam pasti ada," kata Imam saat ditemui di Samboja Lestari, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Kamis (29/8/2019).

Selain itu, Imam mengatakan per harinya orangutan membutuhkan 15 sampai 20 hektare sebagai daerah teritorial. 

Samboja Lestari adalah tempat penangkaran dan salah satu pusat konservasi konservasi di Kalimantan Timur. Kawasan konservasi di Desa Samboja punya luas sekitar dua ribu hektar. Samboja Lestari dikelola oleh yayasan BOS. 

Samboja Lestari memiliki program reintroduksi Orang Utan ke alam liar sejak tahun 1991. Imam mengatakan Orang Utan tidak dilepaskan di daerah hutan produksi dekat pembangunan ibu kota baru. 

Orang Utan dilepaskan di Hutan Kehje Sewen, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Hutan ini telah dibeli oleh BOS dengan cara pembelian kredit kepada pemerintah 

"Lokasi rilis kami di Kehje Sewen, ada 86 ribu hektare. Sudah jadi milik kami, dicicil sejak 12 tahun lalu," ujar Imam.

Imam mengatakan sesungguhnya para aktivis lingkungan tidak keberatan pembangunan ibu kota dilakukan. Akan tetapi sebaiknya pembangunan tetap memiliki konsep pembangunan berwawasan lingkungan. 

Pembangunan juga harus dilakukan di hutan produksi, bukan di hutan lindung. Imam mengakui  pembangunan ibu kota bisa berdampak  positif bagi perekonomian daerah. 

"Kalimantan sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia, lahannya masih luas juga. Selama tidak merusak alami satwa ya tidak apa," katanya. 

Berdasarkan data Forum Orangutan Indonesia (Forina), habitat orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) diperkirakan tinggal 57 ribu ekor, sementara di Sumatera (Pongo abelii) hanya sekitar 14 ribu ekor.

[CNN Indonesia]

Berita Lainnya

Index