Ini Cerita Warga RI di Perbatasan yang Lebih Suka Beli Mobil Malaysia

Ini Cerita Warga RI di Perbatasan yang Lebih Suka Beli Mobil Malaysia
Foto: Muhammad Idris/BNR (detikFinance)

JAKARTA - Jika bertandang ke perbatasan Indonesia di Kabupaten Kapuas Hulu dengan Serawak Malaysia, jangan heran jika melihat begitu banyak mobil berpelat asal Negeri Jiran berseliweran di jalanan. Mobil-mobil tersebut bukan milik penduduk Malaysia, melainkan punya warga Indonesia perbatasan. 

Paskalis, penduduk Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, mengatakan penduduk Indonesia di Badau banyak yang lebih memilih membeli mobil Malaysia lantaran beberapa pertimbangan. 

"Harganya kalau beli di kota besar Indonesia seperti Pontianak sebenarnya sama, tidak jauh beda sesuai merek mobil. Masalahnya dealer paling dekat itu di Putussibau (Ibu kota Kapuas Hulu), kalau ke Pontianak waduh bisa 14 jam lebih. Sementara dealer di Putussibau juga baru satu merek," kata Paskalis kepada detikFinance, Sabtu (24/2/2018).

Dia menuturkan, waktu tempuh berkendara dari Badau ke Putussibau yang jadi kota terdekat juga butuh waktu setidaknya 4 jam lebih. Sementara menyebrang ke kota terdekat di Malaysia hanya membutuhkan waktu kurang dari sejam. 

"Kalau mau pilihannya banyak ya harus ke Pontianak, tapi kan berjam-jam ke sana. Ke Putussibau juga 4 jam, itu pun potong jalan sawit, dealernya juga cuma satu. Sementara ke Malaysia dekat sekali. Kita di sana pakai KTP Indonesia bisa beli kredit, harga mobil sama kayak kita beli di Pontianak," ungkap Paskalis. 

Menurutnya, meski mobil yang dibeli berpelat Malaysia, selama ini warga perbatasan tak menemui kendala. 

"Sering kok mobil-mobil warga di sini dibawa sampai ke Pontinak juga tak ada masalah. Kan ada suratnya, mobilnya sudah dicap di pos perbatasan. Tuh ada stikernya. Buat dicap bayar sekitar Rp 300.000 per 2 minggu. Kalau masuk ke Malaysia ya enggak perlu, kan sudah pelat sana," ucap Paskalis sembari menunjuk stiker yang tertempel di kaca mobil. 

Lanjut dia, dari segi pemakaian, warga perbatasan juga lebih sering bepergian ke Malaysia seperti Tebedu hingga Kuching. Baik untuk keperluan berbelanja sembako, berobat, maupun bekerja. 

"Kalau di pakai di Malaysia lebih enak lagi, karena pelatnya sudah dari sana. Jadi izinnya malah hanya perlu di pos Indonesia. Ke Kuching juga dekat daripada ke Pontianak," tandas Paskalis. 

Ibnu, warga Putussibau yang bekerja sebagai pegawai negeri menuturkan, mobil jenis SUV dan sedan jadi jenis roda empat yang paling favorit dimiliki warga Indonesia di perbatasan. Selain itu, tren membeli mobil Malaysia tak terjadi di semua wilayah perbatasan. 

"Paling banyak orang sini beli dari Malaysia itu sedan, terus mobil-mobil lain. Pajak sama suratnya juga lengkap. Kalau motor jarang, banyakan mobil pelat Malaysia. Kalau di Badau ini memang banyak, di Entikong masih sedikit (mobil Malaysia)," kata Ibnu.***

Sumber : detikFinance

Berita Lainnya

Index