20 Tahun Reformasi

Indonesia Tidak Ada Perubahan yang Signifikan

Indonesia Tidak Ada Perubahan yang Signifikan
Direktur Sabang-Merauke Circle, Dr. Syahganda Nainggolan.. ©2018 Merdeka.com

BANDUNG - Indonesia sudah 20 tahun mengalami reformasi. Namun, hingga saat ini tidak ada perubahan yang signifikan. Salah satunya, negara ini dinilai belum sepenuhnya dimiliki pribumi. Setidaknya, begitulah yang disampaikan Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle, Dr. Syahganda Nainggolan.

Lewat sebuah diskusi dalam rangka memperingati 20 tahun reformasi yang diprakarsai The Alga Center for Transformation, Innovation and Cultural Studies (TACTICS) di Butterfield Kitchen, akhir pekan lalu, seperti dilansir Merdeka, ia banyak membeberkan kondisi nyata Tanah Air kini.

Kata dia, reformasi ini rupanya tidak membawa banyak perubahan dalan demokrasi di Indonesia bahkan kehidupan masyarakat dihadapi dengan ancaman perpecahan

BACA : Bersama Ustaz Somad dan TGB, Nurdin Halid Jadi Tamu Kehormatan Isra Miraj di Wajo

"Bangsa Indonesia telah terjadi divided society, antara kekuatan nasionalis agamis melawan kekuatan yang bersembunyi di balik isu Kebhinnekaan yang sampai saat ini berebut kekuasaan," ujar Syahganda kepada Merdeka Bandung, belum lama ini.

Dalam diskusi yang mengambil tema 'Pemilu dan Keadilan Sosial' ini, ia membeberkan konsep Indonesia harus menjadi milik pribumi, seharusnya juga menekankan pemerataan sosial sebagai arus utama.

"Konsep Indonesia harus menjadi milik pribumi, juga menekankan pemerataan sosial sebagai arus utama. Kelompok Nasionalis-Islamis selain mengutamakan konsep Indonesia harus menjadi milik pribumi, juga menekankan pemerataan sosial sebagai arus utama," jelas dia.

BACA : Sekdaprov Temui BPH Migas Bahas Kelangkaan Premium dan Tingginya Harga Pertalite

Tidak hanya ia yang hadir dalam diskusi tersebut, ada pula aktivis generasi 80an yakni Ucok Homicide atau Morgue Vanguard dari generasi 90an yang dahulu dikenal sebagai seniman hip hop, serta Muhammad Mahardhika Zein yakni Presiden KM-ITB 2016-2017 yang mewakili aktivis mahasiswa Jaman Now.

Ia mengambil contoh perihal kasus Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Kata dia, Anies mulai membatasi akselerasi kerakusan konglomerat dalam mengusai tanah.

"Contohnya Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mulai membatasi akselerasi kerakusan konglomerat dalam menguasai tanah, seperti tanah reklamasi misalnya. Serta mendorong tukang becak, pedagang kaki lima serta pedagang kecil mendapat prioritas pembangunan," jelasnya

BACA : Heboh Pernikahan Saudara Sekandung di Riau

Adapun alumni ITB, Ucok Homicide mengatakan pergantian rezim secara demokratis melalui pemilu, tidak memberikan perubahan berarti bagi rakyat.

"Rakyat harus diorganisir langsung agar mampu berkoordinasi dan bergerak secara mandiri untuk mengubah nasib sendiri,"ucapnya

Pada kesempatan yang sama, aktivis generasi Jaman Now, Mahardhika Zein membahas bagaimana pergerakan mahasiswa perlu beradaptasi dengan kondisi kekinian memanfaatkan kemajuan teknologi secara efektif untuk mengkritisi keberjalanan pemerintahan.

"Bagaimana surat terbuka ‘Rejim Serampangan’ menjadi viral karena para aktivis memanfaatkan media sosial agar penyebaran semakin efektif," katanya. (mdk/mdk)

BACA : Andalkan Bansos Untuk keperluan Mendesak

Berita Lainnya

Index