Peran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Upaya Rekontruksi Tatanan Demokrasi Indonesia di SMA Negeri 14 Pekanbaru

Peran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Upaya Rekontruksi Tatanan Demokrasi Indonesia di SMA Negeri 14 Pekanbaru
Jummaini S.Pd Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMAN 14 Pekanbaru

Oleh : Jummaini S.Pd Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMAN 14 Pekanbaru.

Sejatinya sekolah-sekolah hadir sebagai bentuk desain laboratorium perubahah suatu bangsa, tentu laboratorium yang di hadirkan pada setiap sekolah-sekolah tentu berbeda beda. Semangkin tinggi inovasi laboratorium yang dihadirkan pada suatu lingkungan sekolah, maka akan semakin tinggi outputnya untuk Bangsa Indonesia.

Secara sunnatullah pergiliran suatu generasi ke generasi lain, terus Allah gulirkan dalam setiap waktu, guru haruslah bisa menjadi patron perbaikan suatu generasi agar bangsa ini bisa mengambil momentumnya sebagai bangsa yang mandiri kedepannya.

Tidak bisa kita pungkiri memang bahwasanya sekolah menjadi incubator awal lahirnya pemimpin-pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Tentu kondisi suatu bangsa kita pada 10 tahun atau 20 tahun mendatang ditentukan bagaiaman cara seorang guru mendidik calon pemimpin bangsanya. Tidak ada seorang pun pemimpin bangsa ini yang tidak dididik oleh bangku sekolah.

Artinya peran-peran mendidik para calon pemimpin bangsa di lingkungan sekolah harus dilakukan secara sistematis, agar pemimpin yang lahir di Indonesia adalah pemimpin yang menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas.

Apabila kita liat secara subtansinya memang lebih tepatnya, guru Pendidikan Kewarganegaraan harus segera mengambil peran-peran ini. Apabila peran-peran ini tidak segera diambil bisa jadi bangsa kita mendatang kehilangan momentum memimpin di bangsanya sendiri.

Ditempat saya mengajar di SMA Negeri 14 Pekanbaru, saya terus memberikan sebuah pemahaman kepemimpinan kepada siswa. Tentu kalau sekedar memberi pemahaman saja tidak akan cukup bila tidak ada lahan aktualisasi untuk para siswa mengimplementasi ilmu-ilmu kepemimpinannya.

Di Indonesia sendiri konsep Negara yang di gunakan ialah memakai konsep Demokrasi Pancasila, tentu cara-cara yang kita gunakan sebagai guru untuk mengajarkan siswa ber-Demokrasi haruslah sesuai pada jalurnya, yakni Demokrasi Pancasila. Guru Pendidikan Kewarganegaraan haruslah bisa memetakan potensi siswa yang mengarah kepada kepemimpinan, karena pastinya tidak akan semua siswa yang mempunyai potensi sebagai pemimpin dan juga sebagai calon-calon pemimpin Bangsa Indonesia.

Cara-cara yang bisa digunakan untuk mengetahui potensi siswa terkait kepemimpinan ialah menggunakan metode talent mapping. Talent Mapping ini adalah sangat fundamental untuk memetakan potensi siswa, terutama potensi siswa dalam kepemimpinan. Barangkali guru Pendidikan kewargaan mampu juga membangun komunikasi stake holder yang ada di tingkat provinsi sampai stake holder di lingkungan sekolah.

Fungsional talent mapping ini hanya sebatas menjaring saja, yang mana siswa yang mempunyai potensi yang mengarah pada potensi kepemimpinan. Setelah itu hal yang semestinya dilakukan guru Pendidikan Kewarganegaraan selain memberikan sebuah pemahaman mengenai Demokrasi, guru Pendidikan Kewarganegaraan harus bisa berpikir keras guna meracik dan meramu platform atau polarisasi Pendidikan Demokrasi bagi siswa tersebut, sehingga arah Pendidikan serta lahan aktualisasinya tidak menjadi rancu.

Mulai dari muatan materinya yang harus bisa memproyeksikan Indonesia dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Sehingga ada upaya dari guru mata pelajara Pendidikan Kewarganeraan itu sendiri dalam rekontruksi instrument dari Demokrasi itu sendiri yaitu pemimpin.

Di SMA Negeri 14 Pekanbaru sendiri usaha-usaha persuasif yuk ikuti organisasi di lingkungan sekolah terus saya galakkan sebagai usaha siswa memahami Demokrasi itu sendiri. Selain itu saya juga sedang meracik sebuah platform yang bisa mengaktualisasikan seluruh siswa-siswa yang memiliki potensi kepemimpinan. Platform itu saya beri nama lokus kepemimpinan. Lalu bagaimana polarisasi platfomrnya?

Jadi setiap siswa yang ingin atau sudah mengikuti organisasi yang ada dilingkungan sekolah harus dibina oleh bimbingan setiap pekannya, diisi oleh guru, seniornya dan sebagainya. Sehingga peran-peran kaderisasi calon pemimpin bangsa tidak putus dalam satu waktu dan decade saja.

Dengan adanya lokus-lokus kepemimpinan siswa harapan saya ialah terbangunnya kesadaran kolektif yang berkesinambungan antara satu dengan yang lain terkait kepempinan, sehingga terkesan seluruh potensi itu terus dijaga lahan aktualisasinya.

#Editorial

Index

Berita Lainnya

Index