Mark Zuckerberg Mengaku Salah Tak Lindungi Data Pengguna

Mark Zuckerberg Mengaku Salah Tak Lindungi Data Pengguna

JAKARTA - Beragam pertanyaan dilontarkan kepada Mark Zuckerberg Pendiri sekaligus CEO Facebook, usai disidang oleh parlemen AS. Tak hanya persoalan Cambridge Analytica (CA), namun juga permasalahan ujaran kebencian sampai dengan politik internal di Facebook.

Salah seorang senator, Kamala Harris, mencecar pendiri Facebook itu terkait penyalahgunaan data pengguna yang dilakukan oleh CA. Dilaporkan TechCrunch, Kamis (12/4/2019) sebagaimana dikutip merdeka, Ia mempertanyakan sikap Facebook yang tidak menyampaikan secara langsung penyalahgunaan data kepada para penggunanya.

Sikap Facebook itu, membuat Harris mencurigai bahwa ada orang-orang di dalam Facebook yang dengan sengaja agar menjaga persoalan ini tak keluar ke publik.

"Apakah ada orang di Facebook yang membuat percakapan agar tidak memberitahukan pengguna perihal kasus ini?" tanyanya.

Ditanya seperti itu, Zuck tak bisa menjawab secara gamblang. Hanya saja, ia pernah mendengar bahwa ada laporan pelanggaran yang dilakukan oleh Kogan ilmuwan sekaligus pembuat aplikasi menjual data itu ke CA pada tahun 2015.

Harris tak puas dengan jawaban Zuck yang cenderung tak tegas. Akhirnya, ia pun kembali menekan bos Facebook itu memastikan adakah pembicaraan internal mereka yang dengan sengaja menyembunyikan penyalahgunaan data itu.

"Saya berbicara notifikasi, ini masalah transparansi untuk menginformasikan kepada pengguna tentang apa yang Anda tahu bahwa informasi mereka disalahgunakan," cecar Harris.

Zuckerberg pun berkata ia tidak ingat pembicaraan tentang memberitahukan pengguna. Ia justru mengaku bersalah atas kejadian tersebut.

"Saya mengaku bersalah tidak memberitahukan pengguna, karena kami mendapat informasi kasusnya sudah tertutup dan datanya sudah dihapus," jawab Zuckerberg.

Pendiri Facebook itu juga mengatakan pihaknya sadar seharusnya bisa menangani kasus Cambridge Analytica dengan lebih tegas. Sebagai informasi, pihak Kogan dan Cambridge Analytica mengaku sudah menghapus data dari pengguna Facebook, tapi ternyata kabar tersebut tidak benar.

Sebagaimana diketahui, Facebook mengakui bahwa terdapat 87 juta data yang dimungkinkan disalahgunakan oleh CA. Dari 87 juta data yang kebobolan, sebagian besar adalah pengguna Facebook dari Amerika Serikat atau sekitar 81,6 persen data disalahgunakan. Selain Amerika Serikat, ada beberapa negara termasuk Indonesia.

Indonesia masuk urutan ketiga data yang disalahgunakan. Sekitar 1,3 persen dari 87 juta. Di atas Indonesia, ada Filipina yang kemungkinan besar penyalahgunaan data pengguna dari negeri itu sekitar 1,4 persen. Selain ketiga negara itu di antaranya Inggris, Mexico, Kanada, India, Brazil, Vietnam, dan Australia.

#Facebook

Index

Berita Lainnya

Index